Dela Poys Minta Maaf Atas Penggunaan Kostum Gandrung yang Tidak Sesuai Pakem
Banyuwangi – Dalam respons atas video viral yang menampilkan dirinya mengenakan kostum Gandrung yang tidak sesuai dengan pakem tradisional, penari asal Kota Malang, Dela Poys, menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat Banyuwangi. Permintaan maaf itu disampaikan melalui sambungan telepon saat Dela tengah dihubungi oleh Ketua Dewan Kesenian Blambangan (DKB) Banyuwangi, Hasan Basri, yang tengah mengadakan rapat koordinasi bersama Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) serta stakeholder terkait.
Dalam sambutannya, Dela Poys mengakui bahwa ia kurang memahami secara mendalam adat dan tata cara penggunaan kostum sakral Gandrung. “Saya minta maaf kepada masyarakat Banyuwangi yang tersinggung atas kelakuan saya kemarin. Saya melakukan hal tersebut tanpa sengaja. Mungkin saya kurang mempelajari dengan dalam mengenai adat Banyuwangi, khususnya tentang kostum sakral yang saya gunakan. Saya pikir sakralnya hanya pada timing tertentu, tapi saya yang kurang paham dalam belajar adat Banyuwangi,” ucap Dela melalui sambungan telepon.
Hasan Basri menegaskan bahwa kesenian Gandrung memiliki nilai historis, filosofis, dan makna mendalam yang bersifat mistis serta religius. “Gandrung bukan sekadar pertunjukan biasa, melainkan ritual adat yang berasal dari Seblang. Oleh karena itu, kami menganggap Gandrung sebagai kesenian adiluhung yang harus dijaga nilai-nilainya. Penggunaan kostum harus sesuai dengan pakem yang telah ditetapkan,” jelas Hasan Basri.
Ketua Paguyuban Pelatih Tari dan Seniman Banyuwangi (Patih Senawangi), Suko Prayitno, turut mengimbau agar para pelaku seni lebih berhati-hati dalam menggunakan kostum adat. Ia menekankan pentingnya edukasi untuk seniman dan event organizer agar memahami dan menghormati tradisi. “Jika ingin mengundang Gandrung, gunakanlah kostum dan musik yang sesuai, bahkan lebih baik jika menggunakan gamelan live. Hal ini akan lebih menarik dan tentu saja menghormati budaya setempat,” pungkas Suko Prayitno.
Dewan Kesenian Blambangan berharap agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan. Masyarakat juga diimbau untuk terus menjaga dan melestarikan kesenian adiluhung sebagai bagian dari identitas budaya Banyuwangi yang telah terjaga turun-temurun. “Kami berharap semua pihak dapat bekerja sama untuk menjaga kesenian Gandrung sebagai warisan budaya yang tak ternilai harganya,” tutup Hasan Basri.



