BANYUWANGI – Pemerintah Kabupaten Banyuwangi terus memperkuat budaya literasi di kalangan generasi muda melalui dunia sastra. Salah satu upayanya diwujudkan lewat penyelenggaraan Liga Puisi ke-4 dan penerbitan buku antologi puisi karya guru serta pelajar dari berbagai sekolah di Banyuwangi dan sekitarnya.

Ajang Liga Puisi ke-4, yang berlangsung pada 27–30 Oktober 2025 di Grha Pena Radar Banyuwangi, diikuti oleh 272 peserta yang terdiri atas 44 guru dan 232 pelajar dari jenjang SD, SMP, dan SMA sederajat. Para peserta datang tidak hanya dari Banyuwangi, tetapi juga dari Situbondo dan Bondowoso.

Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani, yang membuka langsung kegiatan tersebut, mengatakan bahwa Liga Puisi merupakan bagian dari komitmen daerah dalam mengasah kemampuan literasi sekaligus menumbuhkan karakter generasi muda.

“Melalui lomba puisi, anak-anak belajar menulis, membaca, dan memahami makna. Ini bukan hanya soal kompetisi, tapi juga proses membangun kepekaan rasa, karakter, dan empati,” ujar Ipuk, Senin (27/10/2025).

Ipuk menilai kegiatan sastra menjadi “oase” di tengah derasnya arus digitalisasi dan dominasi teknologi gadget dalam kehidupan anak-anak.

“Berpuisi melatih mereka berpikir kritis, mengolah emosi, serta mengekspresikan gagasan secara kreatif. Dari situ akan lahir generasi yang percaya diri dan berkualitas,” jelasnya.

Politisi PDI Perjuangan itu juga mengungkapkan bahwa berbagai upaya literasi yang dilakukan bersama sekolah dan komunitas telah menunjukkan hasil menggembirakan. Berdasarkan Rapor Pendidikan 2025, kemampuan literasi pelajar Banyuwangi tahun 2024 mencatat peningkatan di semua jenjang:

  • SD/MI: 83,89%
  • SMP/MTs: 85,09%
  • SMA/MA: 82,93%

“Angka ini terus naik dari tahun-tahun sebelumnya. Terima kasih kepada semua pihak yang terus berkontribusi mengembangkan literasi anak-anak Banyuwangi,” ujar Ipuk.

Ketua Panitia Liga Puisi 2025, Samsuddin Adlawi, menjelaskan bahwa lomba ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan literasi yang telah berlangsung sepanjang tahun. Sebelumnya, ratusan guru dan pelajar mengikuti workshop penulisan puisi pada bulan Mei dan September 2025.
Dari kegiatan tersebut lahir dua buku antologi, yaitu:

  • “Bel Masa Depan dan Penggaris Mimpi” – berisi 117 karya pelajar Banyuwangi
  • “Pahlawan Tanda Tanya?” – berisi 67 karya puisi guru

“Sebelum lomba dimulai, peserta telah mengikuti workshop dengan narasumber sastrawan lokal dan nasional. Karya terbaik mereka kemudian dikurasi menjadi buku antologi,” jelas Samsuddin.

Pembukaan Liga Puisi ke-4 juga dihadiri sastrawan nasional Acep Zamzam Noor, yang memberikan ceramah sastra serta apresiasi terhadap komitmen Banyuwangi dalam membangun literasi berbasis sastra.

“Beliau menilai ekosistem sastra Banyuwangi kini mulai tumbuh kuat. Ini patut diapresiasi dan terus dijaga,” ujar Samsuddin.

Melalui kegiatan seperti Liga Puisi dan penerbitan antologi, Banyuwangi membuktikan komitmennya menjadikan sastra sebagai medium pembelajaran, ekspresi, dan penguatan karakter generasi muda. Pemerintah daerah berharap upaya ini dapat menumbuhkan budaya literasi yang berkelanjutan dan melahirkan penulis-penulis muda berbakat dari ujung timur Pulau Jawa.

google-berita-mediakampung
saluran-whatsapp-mediakampung