Banyuwangi – Gandrung Sewu 2025, Perpaduan Budaya dan Ekonomi Kreatif. Banyuwangi kembali menjadi pusat perhatian pada bulan Oktober 2025 dengan digelarnya festival budaya akbar Gandrung Sewu 2025. Tahun ini, acara yang selalu dinanti masyarakat dan wisatawan itu mengusung tema “Slendang Sang Gandrung”, simbol keanggunan dan keteguhan perempuan Banyuwangi.
Bertempat di Marina Boom Beach, festival ini berlangsung selama tiga hari, mulai 23 hingga 25 Oktober 2025. Selain menampilkan ribuan penari Gandrung di hari puncak, acara ini juga menghadirkan pameran UMKM, festival musik, dan srawung seni yang melibatkan seniman serta pelaku usaha lokal.
UMKM Lokal Ikut Tampil, Dari Kuliner Hingga Kerajinan Tangan
Tidak hanya menjadi ajang pelestarian budaya, Gandrung Sewu juga membuka ruang bagi pelaku UMKM Banyuwangi untuk memperkenalkan produk unggulan mereka kepada ribuan pengunjung. Mulai dari olahan makanan tradisional, batik khas Using, hingga kerajinan tangan berbahan alami, semuanya ikut meramaikan area festival.
Salah satu peserta UMKM yang kami temui adalah Siti Lestari, pengusaha batik asal Glagah, Banyuwangi. Ia mengaku senang bisa ikut berpartisipasi di event besar ini.
“Saya merasa bangga bisa ikut di Gandrung Sewu. Selain memperkenalkan batik Banyuwangi, acara ini juga bantu meningkatkan penjualan. Banyak wisatawan luar kota bahkan dari luar negeri yang mampir ke stand kami,” ujar Siti dengan senyum semangat.
Menurutnya, antusiasme pengunjung tahun ini meningkat tajam dibandingkan tahun sebelumnya. Suasana pantai yang ramai dan dukungan pemerintah daerah membuat pelaku UMKM merasa lebih percaya diri.
Dampak Positif untuk Pelaku Usaha dan Pariwisata
Festival Gandrung Sewu tak hanya menjadi ajang seni dan budaya, tapi juga penggerak ekonomi masyarakat. Kehadiran ribuan pengunjung setiap harinya memberikan dampak langsung terhadap pelaku UMKM, pedagang kaki lima, hingga penginapan sekitar lokasi acara.
“Penjualan kami naik drastis, apalagi di hari puncak. Banyak pengunjung yang sengaja datang lebih awal untuk belanja oleh-oleh sebelum menonton tarian Gandrung,” ungkap salah satu pedagang kuliner tradisional di area festival.
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi pun terus mendorong kolaborasi antara sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Melalui event semacam ini, Banyuwangi ingin memperkuat citra sebagai daerah yang kreatif dan mandiri secara ekonomi.
Tema ‘Slendang Sang Gandrung’: Simbol Keanggunan dan Kekuatan
Tema “Slendang Sang Gandrung” menggambarkan filosofi perempuan Banyuwangi yang anggun, kuat, dan penuh semangat. Slendang bukan hanya perlengkapan menari, tapi juga simbol perjuangan dan kecintaan terhadap budaya lokal.
Para penari Gandrung yang tampil di tepi pantai mengenakan busana berwarna merah dan emas, berpadu dengan slendang beraneka warna yang melambai seiring gerakan mereka. Pemandangan ini menciptakan harmoni yang memukau antara alam, musik, dan tradisi.
Harapan untuk UMKM dan Generasi Muda
Melalui partisipasi dalam Gandrung Sewu, pelaku UMKM berharap lebih banyak masyarakat — terutama generasi muda — ikut mencintai produk lokal dan budaya daerahnya.
“Kami ingin anak muda tahu bahwa budaya bisa jadi peluang usaha. Dari tarian, kain batik, sampai kuliner — semuanya punya nilai ekonomi kalau dikelola dengan kreatif,” tambah Siti.
Festival seperti Gandrung Sewu bukan hanya tentang tari dan hiburan, tapi juga tentang identitas dan keberlanjutan ekonomi masyarakat Banyuwangi.
Harmoni Budaya, Ekonomi, dan Harapan
Gandrung Sewu 2025 kembali membuktikan bahwa seni tradisional dan ekonomi modern bisa berjalan berdampingan. Melalui tema “Slendang Sang Gandrung”, Banyuwangi tak hanya menampilkan keindahan budaya, tetapi juga semangat kebersamaan dan pemberdayaan masyarakat.
Dengan antusiasme pengunjung yang luar biasa dan dukungan terhadap UMKM lokal, festival ini bukan sekadar pertunjukan — tetapi cermin bagaimana budaya bisa menjadi sumber inspirasi dan kekuatan ekonomi daerah. (awanda)


