Mudik Ke Banyuwangi, Tenaga Ahli Pengkaji Kementrian Keuangan RI Lakukan Gerakan Kurangi Sampah Plastik

Gerakan kurangi sampah plastik

Banyuwangi, mediakampung.com – Sampah plastik telah  menjadi permasalahan di Indonesia, yang saat ini telah  dalam kategori darurat sampah plastik. Menurut data dari Kementrian Kelautan dan Perikanan Indonesia, di tahun 2019, Indonesia menjadi urutan nomor 2 sebagai penyumbang sampah plastik terbanyak di dunia.

Persoalan tersebut, membuat seorang Tenaga Ahli Pengkaji Kementrian Keuangan, bernama Agung Kuswandono, berkomitmen untuk mengurangi penggunaan plastik, terutama saat momen hari raya Idul Adha di Banyuwangi.

Saat mudik hari raya Idul Adha 2023 pada 29 Juni 2023, ke kampung halamannya di Banyuwangi, Agung Kuswandono berkurban seekor sapi dan mengganti kantong kresek plastik yang biasa digunakan untuk wadah daging, dengan wadah anyaman bambu yang dialasi daun jati, sebagai tempat daging kurban, selanjutnya dibagikan kepada warga yang berhak, di lingkungan Cungking Kelurahan Mojopanggung kecamatan Giri Banyuwangi

“Kami edukasi, saat sebagian besar masyarakat masih memilih menggunakan plastik kresek sebagai tempat menaruh daging kurban, dapat diganti dengan wadah anyaman bambu, dialasi daun jati. Banyak alternatif pengganti plastik kresek atau plastik sekali pakai, salah satunya bongsang atau keranjang dari anyaman bambu ini,” kata Agung, kepada mediakampung.com, Kamis (29/6/2023) siang.

Keluarga Agus Kuswandono, saat libur Idul Adha di Bayuwangi
Keluarga Agung Kuswandono, saat Idul Adha 1444.H di Banyuwangi

Menurut Agung, kantong plastik merupakan jenis sampah yang membutuhkan waktu puluhan tahun untuk terurai secara alamiah. Bahkan kantong plastik kresek hitam, merupakan hasil dari proses daur ulang plastik bekas pakai yang mengandung zat karsinogen dan berbahaya bagi kesehatan.

“Dalam proses pembuatannya, juga ditambahkan berbagai bahan kimia yang menambah dampak bahayanya bagi kesehatan, dan kita juga tidak bisa mengetahui penggunaan plastik hitam itu sebelum didaur ulang,” jelasnya.

Agung menegaskan, penggunaan wada anyaman bambu dan dialasi daun jati, bentuknya lebih manis dan berkelas, dan lebih ramah lingkungan.

“Penggunaan anyaman bambu dengan daun jati lebih aman karena menggunakan bahan alami, tentu terjamin kualitasnya. Ada yang bilang kalau daging dibungkus daun jati rasanya akan lebih enak dan empuk,” tegasnya.

Selain itu menurut Agung, penggunaan wadah anyaman bambu juga sebagai upaya memberdayakan perajin dan ekonomi masyarakat kecil. Anyamannya bambu yang dipakainya adalah buatan pengrajin lokal, dari Dusun Papring Kecamatan Kalipuro Banyuwangi.

“Alhamdulillah, berkat dorongan pemerintah untuk mengurangi sampah plastik, pesanan anyaman bambu  membludak, rezeki bagi pengrajin lokal,” terangnya.

Agung menambahkan, jika Indonesia sudah darurat sampah plastik. Plastik sekali pakai seperti kantong kresek hanya akan menjadi sampah yang susah diurai secara alamiah. Komitmen pengurangan pemakaian plastik harus terus dilakukan, tidak hanya untuk mencapai target Indonesia bebas sampah plastik, melainkan harus menjadi perilaku sehari-hari.

“Mari kita bersama-sama mengurangi penggunaan plastik. Mari kita mulai dari diri sendiri,” ajak Agung.

Tas anyaman bambu dialasi daun jati ini bukanlah kemasan sekali pakai. Tas  ini cukup kuat untuk dimanfaatkan ulang sebagai kemasan bumbu dapur atau keperluan lain, dan dapat dibuat dengan berbagai bentuk sesuai kegunaannya.

Masih Agung, pihaknya telah konsisten dalam beberapa tahun terakhir ini memakai tas anyaman bambu sebagai wadah daging kurban.

Sementara itu, Mbah Alipah (82 tahun), warga lingkungan Cungking  mengaku senang mendapatkan daging kurban, yang sebelumnya telah mendapatkan jatah kupon antrean.

Terkait wadah besek untuk daging kurban, Mak Alipah menyebutnya sebagai sesuatu yang menarik dan bagus, sesuai dengan kegunaannya sebagai wadah atau tempat daging.
(Ilham Triadi)

google-berita-mediakampung
saluran-whatsapp-mediakampung
Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Media Kampung. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *