Inovasi bahan bakar nabati Bobibos kembali menjadi perhatian publik setelah perusahaan tersebut mengklaim BBM buatannya sepenuhnya berasal dari jerami, limbah pertanian yang selama ini jarang dimanfaatkan. Dalam penjelasannya, Bobibos menyebut pemanfaatan jerami ini tidak mengganggu produksi beras karena hanya mengambil sisa panen yang selama ini kerap terbuang, sekaligus membuka peluang ekonomi baru bagi petani.

Perusahaan itu menyebut langkah mengolah limbah pertanian menjadi bahan bakar sebagai upaya menuju kemandirian energi yang lebih ramah lingkungan. Jerami dari berbagai daerah dikumpulkan lalu melalui serangkaian proses bioenergi. Salah satu tahapan penting, menurut Bobibos, adalah penyuntikan serum khusus yang memungkinkan jerami berubah menjadi energi dengan efisiensi tinggi sebelum diproses menjadi BBM siap pakai.

Founder Bobibos, M. Iklas Thamrin, menjelaskan bahwa pengolahan jerami dilakukan melalui ekstraksi biokimia menggunakan mesin rancangan internal. Ia menyampaikan bahwa terdapat lima tahapan besar hingga akhirnya menghasilkan bahan bakar nabati berkinerja tinggi. Pemilihan jerami, menurutnya, karena bahan tersebut melimpah dan tersedia di hampir seluruh sentra pertanian padi. Ia juga menuturkan bahwa Bobibos sempat bereksperimen dengan mikroalga, namun hasilnya tidak seoptimal jerami.

iklan 728 x 90 px

Meski telah ramai diperbincangkan, BBM Bobibos belum dipasarkan secara bebas. Perusahaan memastikan harga jualnya kelak akan lebih terjangkau dibanding BBM konvensional. Untuk saat ini, mereka masih berkoordinasi dengan pemerintah mengenai produksi lanjutan. Bobibos menyiapkan dua jenis bahan bakar—bensin dan solar nabati—yang sepenuhnya dibuat dari tumbuhan. Bahan bakar tersebut diklaim telah diuji pada sejumlah kendaraan mulai dari motor Honda BeAT hingga mobil bermesin diesel seperti Nissan Navara, dan disebut mampu menyala dengan emisi asap yang sangat minim.

Dari sisi pemerintah, Dirjen Migas Kementerian ESDM Laode Sulaeman mengapresiasi inovasi tersebut. Namun ia mengingatkan bahwa proses menuju kelayakan BBM baru membutuhkan tahapan panjang. Ia menegaskan bahwa uji kelayakan minimal memerlukan waktu delapan bulan sebelum diputuskan apakah suatu bahan bakar layak digunakan masyarakat. Saat ini, Bobibos baru mengajukan permohonan uji laboratorium dan hasilnya belum keluar. Ia juga meluruskan kabar bahwa BBM itu telah mendapatkan sertifikasi, dengan menegaskan bahwa proses sertifikasi belum dilakukan.

Terlepas dari proses uji yang masih berjalan, inovasi Bobibos dianggap membuka peluang baru dalam pengembangan energi terbarukan di Indonesia, terutama dengan memanfaatkan potensi besar limbah pertanian yang selama ini belum tergarap maksimal. (selsy).

iklan 728 x 90 px
google-berita-mediakampung
saluran-whatsapp-mediakampung