Kekuatan Sejarah dan Kompleksitas Dukungan Ponpes NU terhadap Langkah Politik Cak Imin dan Anies Baswedan
Media Kampung – Majunya Ketum PKB muhaimin iskandar, atau cak imin, sebagai pendamping anies baswedan di pilpres 2024 telah memicu berbagai reaksi di kalangan Ponpes NU di banyuwangi. Dalam deklarasi Anies-cak imin di Surabaya pada tanggal 2 September, sejumlah Ponpes di Bumi Blambangan turut memperbincangkan hal tersebut.
Sekretaris Umum Pondok Pesantren Darussalam Blokagung, Ahmad Munib Syafaat, mengungkapkan kekagetannya terhadap deklarasi ini. Menurutnya, cak imin sebelumnya lebih intens berkomunikasi dengan Ketua Umum gerindra, prabowo subianto.
Meskipun begitu, sebagai Ponpes dengan latar belakang NU, mereka tetap mendukung PKB. Hubungan erat antara NU dan PKB serta sejarah panjangnya menjadi alasan kuat untuk mendukung PKB dalam langkah politik ini.
Pendiri dan pengasuh Ponpes Sabilurrosyad, Muncar, Ahmad Hadi Sholihan, menjelaskan bahwa PKB dan NU tak bisa dipisahkan. PKB lahir dari NU dan tumbuh bersama kiai-kiai NU. Bagi warga nu, PKB adalah ideologi dan wadah untuk menyampaikan aspirasi politik.
Gus Hadi menyatakan keyakinannya bahwa isu perpecahan dan perselisihan di tubuh nu tidak akan menggoyahkan konstituen nu. Hal ini adalah dinamika yang melahirkan gagasan besar.
Ia juga menekankan bahwa nu bukan hanya menjadi alat politik PKB, tetapi PKB adalah wadah aspirasi bagi warga Nahdliyin untuk mewadahi kepentingan mereka yang pada saat itu tidak terpenuhi secara politik. Sebagai anak saleh yang dilahirkan dari nu, PKB diharapkan untuk patuh pada ayah dan ibunya.
Semua ini mencerminkan kompleksitas hubungan antara agama, politik, dan budaya di indonesia, dan bagaimana hal tersebut memengaruhi dukungan politik di kalangan Ponpes NU.


