Penjelasan Baru Soal Nafkah Sarwendah Bukan Permintaan, Melainkan Kesepakatan

Polemik seputar besaran nafkah yang diberikan Ruben Onsu kepada mantan istrinya, Sarwendah, kembali mencuat ke publik. Melalui kuasa hukumnya, Chris Sam Siwu, Sarwendah memberikan klarifikasi menyeluruh mengenai isu tersebut. Ia menegaskan bahwa nafkah sebesar Rp200 juta per bulan bukanlah permintaan pribadi Sarwendah, melainkan bagian dari kesepakatan yang disusun bersama dalam proses perceraian mereka.

Chris menyampaikan bahwa sejak awal, fokus utama Sarwendah bukan pada angka, tetapi pada kepentingan anak. Menurutnya, justru pihak Ruben yang menyatakan kesediaan untuk menanggung seluruh kebutuhan putra-putri mereka.

iklan 728 x 90 px

Kesepakatan Nafkah Berawal dari Pembahasan Kebutuhan Anak

Fokus pada Tanggung Jawab Orang Tua

Dalam pernyataannya, Chris menjelaskan bahwa pembicaraan mengenai nafkah tidak pernah menyinggung angka tertentu. Yang dibahas adalah bagaimana pembagian tanggung jawab orang tua setelah perceraian berlangsung. Sarwendah disebut hanya menegaskan agar kebutuhan anak tetap menjadi prioritas di atas segala perbedaan yang terjadi.

iklan 728 x 90 px

“Kesepakatannya bukan soal angka, tetapi soal kepentingan anak. Dari awal, klien kami sudah bertanya apakah ingin dibagi dua atau seperti apa,” jelas Chris saat ditemui di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan.

Dari diskusi tersebut, lanjutnya, Ruben menyatakan kesediaan untuk menanggung seluruh kebutuhan anak-anaknya. Komitmen tersebut kemudian menjadi dasar kesepakatan yang berlaku hingga kini.

Rp200 Juta per Bulan Sebagai Gambaran Kebutuhan Nyata

iklan 728 x 90 px

Jumlah Rp200 juta per bulan yang kemudian disebut ke publik, menurut Chris, menggambarkan total kebutuhan anak yang mencakup pendidikan, kesehatan, kegiatan, dan kebutuhan sehari-hari lainnya. Besaran ini bukan angka yang diajukan Sarwendah, tetapi hasil dari perhitungan kebutuhan aktual yang selama ini dijalani.

Sistem Pembayaran Reimbursement, Bukan Transfer Langsung

Sarwendah Sering Menalangi Kebutuhan Anak

iklan 728 x 90 px

Chris Sam Siwu juga menjelaskan bahwa sistem pembayaran nafkah tidak dilakukan secara transfer langsung setiap bulan. Skema yang digunakan adalah reimbursement, di mana Sarwendah lebih dulu membayar seluruh kebutuhan anak menggunakan uang pribadinya, lalu menyerahkan bukti pengeluaran kepada Ruben untuk diganti.

“Dalam banyak kesempatan, klien kami menalangi dulu kebutuhan anak-anak dengan uangnya sendiri,” ungkap Chris. Skema ini membuat Sarwendah tetap bisa memastikan kebutuhan anak terpenuhi tepat waktu tanpa harus bergantung pada waktu penggantian.

Alasan Pemilihan Sistem Reimbursement

iklan 728 x 90 px

Skema reimbursement dipilih karena dianggap lebih transparan dan memudahkan kedua pihak dalam mencatat biaya yang benar-benar digunakan untuk anak. Namun, cara ini juga membuat Sarwendah harus terus memastikan arus keuangan pribadinya cukup untuk menalangi kebutuhan anak meski penggantian dilakukan kemudian.

Chris menegaskan bahwa masyarakat tidak perlu salah memahami seolah Sarwendah menerima dana rutin secara langsung dari Ruben setiap bulan.

Klarifikasi untuk Menghindari Kesalahpahaman Publik

Respons terhadap Pernyataan Pengacara Ruben Onsu

Klarifikasi ini disampaikan sebagai respons atas pernyataan yang sebelumnya disampaikan oleh pengacara Ruben Onsu, yang menyinggung soal pembayaran nafkah. Chris menilai perlu adanya pelurusan informasi agar publik memahami konteks sebenarnya dan tidak menyimpulkan bahwa Sarwendah menuntut nafkah dalam jumlah besar.

Menurut Chris, Sarwendah selama ini berkomitmen untuk menjaga hubungan baik dengan Ruben, terutama demi kenyamanan psikologis anak-anak mereka. Oleh sebab itu, ia berharap bahwa perdebatan di ranah publik dapat diredam dan masing-masing pihak fokus pada tanggung jawab sebagai orang tua.

Kebutuhan Anak Tetap Jadi Prioritas Utama

Dua Pihak Diarahkan untuk Tetap Profesional

Dalam situasi pascaperceraian, Chris menilai penting bagi kedua pihak menjaga komunikasi yang sehat agar keputusan yang menyangkut anak dapat berjalan dengan baik. Ia menekankan bahwa Sarwendah selalu terbuka untuk berkoordinasi demi memastikan kebutuhan anak terpenuhi, baik dalam bidang pendidikan, kesehatan, maupun pengasuhan sehari-hari.

Pentingnya Komunikasi dalam Pengasuhan Bersama

Peran orang tua setelah bercerai tetap penting dan saling melengkapi. Chris berharap klarifikasi ini bisa mengurangi kesalahpahaman publik dan membantu menjaga ruang yang sehat bagi anak-anak mereka. “Intinya, kebutuhan anak tetap harus menjadi fokus, terlepas dari dinamika hubungan orang tua,” ujarnya.

Nafkah Anak adalah Tanggung Jawab Bersama

Keterangan yang disampaikan kuasa hukum Sarwendah menegaskan bahwa isu nafkah Rp200 juta bukanlah perdebatan tentang besaran uang, tetapi tentang komitmen terhadap kebutuhan anak. Melalui sistem reimbursement, Sarwendah berupaya memastikan seluruh kebutuhan anak terpenuhi lebih dulu, sementara Ruben berkomitmen menggantinya sesuai kesepakatan awal.

Kasus ini kembali mengingatkan bahwa dalam situasi perceraian, komunikasi dan komitmen orang tua merupakan kunci untuk menjaga stabilitas dan kesejahteraan anak-anak. (balqis).

google-berita-mediakampung
saluran-whatsapp-mediakampung