Indonesia Bersiap Hadapi Tantangan Inflasi: Intervensi Beras Impor dan Jagung untuk Stabilisasi Pasar
Media Kampung – Dalam upaya mengendalikan inflasi dan memastikan ketersediaan pangan, indonesia mengambil langkah proaktif dengan mengimpor 1,5 juta ton beras tambahan, yang akan tiba pertengahan Januari 2024, menurut Arief Prasetyo Adi, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas). Langkah ini dilakukan seiring dengan kedatangan sisa 600 ribu ton beras dari total penugasan impor sebesar 2 juta ton.
Arief menyatakan bahwa distribusi beras impor akan merata di seluruh indonesia, tidak terpusat hanya di beberapa pelabuhan. Pernyataan ini disampaikan dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi di Kementerian Dalam Negeri, (06/11/2023).
Situasi saat ini menunjukkan kestabilan harga komoditas pangan di tingkat produsen, namun Arief memperkirakan kenaikan harga tiga komoditas utama – beras, jagung, dan gula pasir – di tingkat konsumen. Sebagai respons, pemerintah akan segera mendistribusikan beras impor yang telah tiba di delapan port utama negara, untuk memastikan pasokan yang cukup di pasar.
Selain itu, pemerintah juga mengimpor 250 ribu ton jagung, yang dijadwalkan tiba pertengahan November ini. Langkah ini diambil untuk menghindari kenaikan harga telur dan ayam, mengingat jagung merupakan komponen utama dalam pakan ternak.
Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti, menyampaikan bahwa 289 kabupaten/kota mengalami kenaikan harga gula pasir pada pekan pertama November, dengan rata-rata harga mencapai Rp16.386 per kilogram. Ia menekankan bahwa harga gula pasir tahun ini jauh lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya.
Langkah-langkah ini menunjukkan upaya serius pemerintah dalam menghadapi tantangan inflasi, dengan fokus pada stabilisasi harga pangan dan memastikan ketersediaan komoditas utama bagi masyarakat. Kebijakan ini diharapkan dapat meringankan beban konsumen dan menjaga kestabilan ekonomi nasional di tengah kondisi global yang tidak menentu.

