DeepSeek: Startup AI China Tantang Dominasi AS, Picu Panic Selling di Wall Street
Jakarta – DeepSeek, perusahaan kecerdasan buatan (AI) asal China yang baru berdiri dua tahun, telah mengguncang pasar saham global. Model AI open-source-nya, terutama model penalaran canggih R1, mencatatkan performa yang setara bahkan melampaui saingan-saingan besar AS seperti OpenAI dan Meta, menimbulkan kekhawatiran di Wall Street. Kenaikan tajam unduhan aplikasi DeepSeek dan klaim biaya pengembangan yang jauh lebih rendah dibandingkan perusahaan AS menjadi pemicu utama.
DeepSeek, yang didirikan oleh pengusaha Liang Wenfeng (40 tahun) pada 2023, meluncurkan model open-source R1 dan V3 di AS pada awal Januari 2025. Aplikasi DeepSeek langsung melesat ke puncak tangga unduhan iPhone, bahkan mengalahkan ChatGPT dari OpenAI. Model R1, khususnya, mendapat perbandingan yang menguntungkan dengan produk-produk OpenAI dan Meta, dianggap lebih efisien dan hemat biaya. Hal ini semakin mengejutkan mengingat keterbatasan akses DeepSeek terhadap chip AI canggih AS akibat kontrol ekspor.

DeepSeek mengklaim biaya pelatihan model terbaru mereka hanya $5,6 juta, jauh lebih rendah dari pada perkiraan biaya pengembangan model AI oleh CEO perusahaan AI lain tahun lalu, yang mencapai $100 juta hingga $1 miliar. Namun, analis Bernstein, Stacy Rasgon, mempertanyakan angka ini, menyebutnya menyesatkan karena tidak memperhitungkan biaya riset, eksperimen, algoritma, dan data.
Meskipun kontroversi biaya pengembangan, kesuksesan DeepSeek telah memicu panic selling di Wall Street. Saham Microsoft (-3.7%), Tesla (-1.3%), Nvidia (-15%), dan Broadcom (-16%) merosot tajam pada hari Senin setelah pengumuman DeepSeek. Indeks Nasdaq turun 3.5%, mencatat salah satu hari terburuk dalam dua tahun terakhir. Miliarder Marc Andreessen menyebut DeepSeek R1 sebagai “momen Sputnik AI”.
DeepSeek R1, yang mirip dengan model o1 OpenAI, memiliki kemampuan penalaran tingkat lanjut dan mampu memecah permintaan menjadi serangkaian “pemikiran” logis. Model ini menyamai bahkan melampaui performa o1 dalam beberapa uji coba. Di Chatbot Arena, R1 menempati peringkat tiga besar. DeepSeek R1 juga bersifat open source, bebas diakses, digunakan, dipelajari, dimodifikasi, dan dibagikan. Perusahaan ini didanai oleh High-Flyer, sebuah hedge fund senilai $8 miliar yang juga didirikan oleh Wenfeng.
Pertanyaan mengenai biaya sebenarnya dan proses pengembangan model DeepSeek tetap menjadi perdebatan. CEO Scale AI, Alexandr Wang, dan Elon Musk menduga DeepSeek menggunakan puluhan ribu chip Nvidia H100 yang melanggar kontrol ekspor AS. Rasgon juga menekankan pentingnya melihat keseluruhan biaya pengembangan, bukan hanya biaya infrastruktur pelatihan. Kejadian ini menyoroti persaingan sengit antara AS dan China dalam pengembangan AI dan dampaknya terhadap pasar global.
Sumber: (artikel dari Forbes)



