Yogyakarta – Tutup mata sejenak dan bayangkan suasana Yogyakarta pada pagi yang cerah. Udara hangat menyentuh kulit, aroma jajanan kaki lima menyelinap dari sudut-sudut kota, dan jalanan berdenyut oleh kehidupan para pelancong. Di tengah keramaian itu, ada satu tempat yang berdiri tenang seolah menyimpan rahasia masa lalu. Taman Sari—istana air peninggalan Kesultanan Yogyakarta—menunggu untuk dijelajahi, penuh keindahan dan kisah yang tidak lekang oleh waktu.

Memasuki tahun 2025, kawasan bersejarah ini tampil semakin terawat. Banyak sudut yang dipugar dan disegarkan, menjadikannya kian ramah bagi wisatawan, keluarga, maupun penjelajah muda yang datang untuk merasakan atmosfer magis yang tersisa dari masa kejayaan kerajaan.

Sebelum melangkah lebih dalam, pengunjung akan dikenakan biaya masuk yang seluruhnya digunakan untuk merawat kelestarian kompleks istana. Tiket untuk wisatawan lokal dibanderol Rp10.000, sementara wisatawan mancanegara dikenakan Rp25.000. Pengunjung yang membawa kamera profesional akan dimintai izin tambahan Rp3.000, lalu tersedia pula tarif sesi foto khusus yang berkisar antara Rp150.000 hingga Rp500.000. Layanan pemandu juga tersedia dengan biaya sekitar Rp25.000 hingga Rp30.000.

Begitu melewati gerbang, suasana Taman Sari menyambut dengan keheningan yang menenangkan. Kolam jernih, lorong bawah tanah, dan bangunan tua yang masih berdiri gagah menciptakan perpaduan sempurna antara kesunyian dan keanggunan sejarah.

Petualangan biasanya dimulai dari Gapura Panggung, pintu masuk megah yang berdiri layaknya portal ke dunia lain. Gerbang bertingkat dua ini dihias ukiran-ukiran rumit, dengan sosok naga yang nyaris tampak hidup pada tangga batunya. Pada masa lalu, bagian atas gerbang menjadi tempat Sultan dan permaisuri menikmati pertunjukan tari serta musik tradisional. Kini, Gapura Panggung menjadi titik pertama yang menyambut wisatawan sebelum memasuki area utama istana.

Melangkah melewati gapura terasa seperti meninggalkan dunia modern, memasuki ruang yang menyimpan cerita ratusan tahun lalu. Setiap sudut menghadirkan kejutan kecil—baik berupa ornamen kuno, bayangan lembut cahaya matahari pada dinding, hingga suara langkah kaki yang bergema di lorong-lorong tua. Di sinilah sejarah dan imajinasi bertemu, menghadirkan pengalaman yang membekas lama dalam ingatan.

google-berita-mediakampung
saluran-whatsapp-mediakampung