Kabar Duka yang Menyentuh

Influencer dan edukator muda Jerome Polin mengumumkan kepergian sang ayahanda, Marojahan Sintong Sijabat, pada Kamis, 30 Oktober 2025 di Surabaya. Berita ini menjadi bagian duka yang mendalam bagi keluarga dan publik yang mengenalnya. Sang ayah diketahui sempat berada dalam kondisi kritis sebelum akhirnya berpulang.
Di tengah kesedihan, Jerome pun mengunggah ungkapan terima kasih dan kenangan manis bersama sang ayah melalui akun media sosialnya, menandakan betapa pribadi almarhum memiliki makna besar dalam hidupnya.

Profil dan Kenangan Sang Ayah

iklan 728 x 90 px

Sosok Ayah yang Aktif dalam Pelayanan

Marojahan Sintong Sijabat dikenal bukan hanya sebagai ayah dari Jerome Polin tetapi juga sebagai sosok yang aktif dalam pelayanan rohani di lingkungan Gereja Kristen Indonesia (GKI) Darmo Satelit, Surabaya.
Hanya beberapa hari sebelum kondisi kesehatannya menurun, ia masih memimpin khotbah dan kegiatan pembinaan rohani. Kondisi kesehatan yang tiba-tiba memburuk menjadi akhir dari perjalanan hidupnya dalam usia sekitar 58 tahun.

Kenangan Pribadi dan Pelajaran Hidup

iklan 728 x 90 px

Jerome mengenang ayahnya sebagai figur yang penuh perhatian — dari hal kecil hingga kebiasaan sehari-hari yang sederhana namun bermakna. Sebagai contoh, Jerome berbagi bagaimana sang ayah selalu memijat pundaknya ketika bertemu dan bagaimana tindakan itu menjadi momen spesial yang akan terus ia rindukan.
Tidak hanya sebagai ayah, Marojahan juga dipandang sebagai suami yang penuh kasih kepada istrinya — hal yang turut menjadi inspirasi bagi anak-anaknya. Kehangatan, kepedulian, dan dedikasi terhadap keluarga menjadi warisan yang kini diingat Jerome dengan haru.

Kronologi Terakhir dan Dampak bagi Keluarga

Penurunan Kesehatan secara Mendadak

iklan 728 x 90 px

Beberapa hari sebelum berpulang, Marojahan sempat menjalani rawat intensif di salah satu rumah sakit di Surabaya akibat kondisi kesehatan yang memburuk, termasuk penyumbatan usus dan pendarahan di paru-paru dalam laporan sementara.
Jerome sempat memohon doa dari publik melalui unggahan di Instagram bahwa ayahnya “drop” dan dalam kondisi kritis, lalu segera menuju Surabaya untuk mendampingi sang ayah.

Keluarga dan Janji Pengganti Peran

Kabar kepergian ayah Jerome disampaikan oleh kakaknya, Jehian Panangian Sijabat, yang juga menyatakan bahwa kini giliran anak-anak almarhum untuk menjaga serta mendampingi ibu mereka. Ia mengucapkan terima kasih atas didikan sang ayah dan menyampaikan harapan agar bisa meneladani pola kepemimpinan dan kasih sayang yang telah diberikan.
Keluarga besar dan jemaat gereja pun menyampaikan duka yang dalam atas kepergian Marojahan. Banyak yang mengenang kontribusi almarhum sebagai pelayan rohani dan figur teladan dalam komunitas keagamaan.

iklan 728 x 90 px

Refleksi dan Warisan yang Ditinggalkan

Kepergian seorang figur seperti Marojahan Sintong Sijabat tak sekadar meninggalkan duka bagi keluarga, tetapi juga mengingatkan kita akan nilai-nilai sederhana yang sering terlupakan: kehadiran, kasih sayang, pelayanan. Bagi Jerome Polin, kehilangan ini menandakan momen penting dalam hidupnya—tidak hanya sebagai anak, tetapi sebagai penerus nilai yang telah ditanamkan.
Warisan sang ayah yang penuh kasih dan dedikasi membuka kesempatan bagi Jerome untuk merefleksikan bagaimana ia akan melanjutkan hidup dan karya-karyanya, termasuk dalam edukasi dan inspirasi bagi generasi muda.

Kabar kepergian ayahanda Jerome Polin meninggalkan haru dan jejak inspirasi yang mendalam. Walau kesedihan menyelimuti keluarga, kisah tentang kebaikan, perhatian, dan teladan yang ditinggalkan sang ayah menjadi pengingat bahwa setiap momen bersama orang tercinta memiliki makna. Bagi Jerome, hari-hari ke depan akan membawa perjalanan baru—meneruskan warisan nilai yang telah digariskan, dengan tekad bahwa “Pa, jaga kami dari sana ya”—seperti ungkapannya di media sosial.

iklan 728 x 90 px

Semoga keluarga Sijabat senantiasa diberi kekuatan dan kedamaian dalam menghadapi masa duka ini.

google-berita-mediakampung
saluran-whatsapp-mediakampung