4 Efek Erupsi Gunung Marapi, Termasuk Menewaskan 23 Pendaki Gunung
Media Kampung – Jakarta – Gunung Marapi merupakan jenis gunung terlibat berapi yang mendiami wilayah Sumatera Barat. Tepat pada 3 Desember 2023 lalu pada pukul 14:53 Waktu Indonesia Barat gunung dengan status level 2 ini mengeluarkan erupsinya dengan abu vulkanik yang dimaksud mewarnai langit Wilayah Agam. Berikut 4 dampak yang dimaksud ditimbulkan erupsi Gunung Marapi.
1. Sejumlah Pendaki Gunung Meregang Nyawa
Dilansir melawan laman resmi itb.ac.id pada hari kejadian, Gunung Marapi masih menerima kunjungan para pendaki gunung yang mana berkunjung. Nahasnya nasib buruk menimpa mereka akibat tanpa Marapi memuntahkan erupsinya. Petugas menemukan 23 jenazah pendaki dan juga sisanya masih terjebak di dalam sekitar gunung. Kejadian ini pun merebak di area sosial media dengan munculnya video manusia pendaki yang tersebut mengabarkan kondisinya terhadap sanak keluarga.
2. Terlaksana Banjir di dalam Beberapa Titik Sungai
Pada kawah Gunung Marapi terjadi kepulan asap putih juga kelabu dengan tinggi 400-600 meter. Gumpalan yang disebutkan memicu hujan lebat dan juga luapan sungai hulu, menurut antaranews.com pada 5 Desember terjadi banjir bandang yang mana menyerang Sungai Nagari lalu muaranya. Baringin, Parambahan, Pariangan, serta Limo Kaum mengambil bagian terdampak luapan tersebut. otoritas mencoba untuk memproduksi wilayah resapan air darurat semaksimal mungkin.
3. Abu Vulkanik Warnai Langit serta Ganggu Rute Penerbangan
Erupsi pada Gunung Marapi sebabkan abu vulkanik berterbangan hingga penuhi langit Sumatera Barat. Ketinggian abu yang disebutkan mencapai 5.891 meter yang dimaksud menyebabkan kode penerbangannya menjadi merah. Meskipun masih bisa saja dilalui namun cukup berisiko bagi pesawat yang berada dalam melintas.
4. Air dalam Sungai Hulu Tercemar
Di awal terjadinya erupsi, terjadi guguran lava yang mana mengenai hulu sungai, guguran yang dimaksud menghasilkan air di area dalamnya tercemar. Mengacu pada laman langgam.id warga mengeluhkan air sungai hulu yang digunakan menjadi keruh, berbagai lumpur, juga bau belerang yang digunakan mengganggu. Warga bahkan beralih menggunakan air kemasan untuk sementara waktu.



