Jakarta – presiden joko widodo dalam beberapa jumlah total kesempatan mewanti-wanti indonesia harus siap menghadapi dampak perubahan iklim. Dia mengatakan dampak perubahan iklim semakin terasa kemudian memicu kesempatan krisis pangan.
Akan tetapi, krisis pangan bukan satu-satunya tantangan yang digunakan harus dihadapi indonesia dalam waktu dekat ini. Kepala Pusat Kebijakan Anggaran Pendapatan lalu Belanja Negara, Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Wahyu Utomo menjabarkan ada 3 tantangan lainnya.
“Ke depan tantangan dalam menavigasi dunia bisnis masih cukup berat kita masih menghadapi 4 tantangan utama,” kata Wahyu dalam acara Strategi Kebijakan Penerimaan Negara dalam APBN 2024, di tempat area Bogor, Jawa Barat, dikutip Minggu (1/10/2023).
Wahyu mengatakan tantangan pertama adalah geopolitik. Dia mengatakan perang Rusia versus Ukraina yang tersebut hal itu berlum tuntas hingga ketegangan amerika serikat (AS) juga China menjadi dua kesulitan besar bagi dunia. Hal ini sudah mengakibatkan perlambatan pertumbuhan ekonomi, lonjakan inflasi, kenaikan suku bunga acuan kemudian tarif komoditas yang mana digunakan berfluktuasi.
“Nah dampak dari belum meredanya geopolitik ini saat ini masih mampu kita rasakan,” kata dia.
Wahyu menuturkna hambatan kedua adalah pandemi. Covid-19, kata dia, memang telah terjadi lama berakhir. Namun pemerintah seluruh dunia pada masa sekarang harus mempersiapkan antisipasi seandainya pandemi yang mana digunakan sebanding terulang kembali. Begitu juga dengan indonesia.
Perubahan tatanan setelah pandemi juga menjadi perhatian sebab pada tempat beberapa negara ada hal yang tersebut mana tiada lagi identik dibandingkan dengan sebelumnya. Misalnya keinginan warga untuk lebih banyak tinggi mencari kerja yang tersebut yang disebut fleksibel secara tempat juga waktu, namun gaji yang mana dimaksud tinggi.
“Jangan sampai transisi dari pandemi ke endemi menimbulkan guncangan, guncangan perekonomian sosial fiskal serta sebagainya,” ujar Wahyu.
Ketiga adalah digitalisasi. Wahyu mengatakan indonesia perlu hati-hati dengan perubahan tren perekonomian ke arah digital. Menurut dia, sistem sektor ekonomi dalam negeri harus disiapkan agar sanggup beradaptasi dengan perubahan tren ini. “Itulah tantangan yang kita hadapi dalam menavigasi sektor dunia usaha ke depan. Tapi kita tidaklah perlu terlalu worry sebab kita juga tahu bahwa kalau kita history, ternyata kita juga banyak sekali punya ketakutan,” kata Wahyu.
Dia menuturkan perubahan iklim memang menjadi salah satu tantangan yang dimaksud digunakan dihadapi indonesia. Meski begitu, kata dia, tantangan itu juga memunculkan prospek kegiatan dunia usaha baru.
“Di balik perubahan iklim juga menciptakan kesempatan pengembangan sektor ekonomi hijau kalau kita mampu menciptakan kebijakan kita adaptif atau menggalang perubahan iklim ini maka tentu pengembangan perekonomian hijau sanggup sekadar jadi pertumbuhan baru,” ujar dia.

