Inovasi “Green Islam” di Banyuwangi: Akar Rumput Bersatu Jaga Lingkungan
Glagahagung, Banyuwangi – Sebuah penelitian kualitatif tentang “Inovasi Akar Rumput Green Islam: Tradisi Keberlanjutan Muslim Indonesia” tengah dilakukan di Desa Glagahagung, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi. Penelitian yang dilakukan oleh Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini bertujuan untuk menggali inovasi lingkungan yang digerakkan oleh masyarakat dengan menghubungkan nilai-nilai Islam dan kearifan lokal.
Muhammad Yaufi Nur Muti’ullah, peneliti dari PPIM, memilih Desa Glagahagung sebagai lokasi penelitian karena desa ini dikenal sebagai “Desa Eco Bhinneka” yang memiliki berbagai program inovatif dalam pelestarian lingkungan. Program-program tersebut antara lain pengelolaan sampah, produksi pupuk organik, dan pemanfaatan hasil bumi menjadi kerajinan tangan.
“Yang menarik dari desa ini adalah kemampuannya menyatukan umat dari berbagai agama untuk peduli pada pelestarian lingkungan,” ungkap Yaufi. “Tidak hanya Islam, tapi Hindu, Kristen, bahkan keyakinan atau kepercayaan masyarakat setempat turut berkontribusi.
Penelitian ini melibatkan wawancara mendalam dengan berbagai unsur masyarakat, seperti Kepala Desa, aktivis lingkungan, tokoh agama, dan perwakilan masyarakat. Mimin Budiarti, Kepala Desa Glagahagung, menyampaikan bahwa isu lingkungan diangkat melalui berbagai kegiatan yang melibatkan tokoh masyarakat, agama, dan komunitas.
“Kami menggandeng berbagai elemen masyarakat untuk menyampaikan pesan pentingnya menjaga lingkungan, misalnya melalui kajian di masjid yang mengingatkan jamaah untuk tidak membuang sampah sembarangan,” ujar Mimin.
Supriyono, aktivis Pemuda Muhammadiyah, termotivasi untuk aktif dalam kegiatan lingkungan setelah mengikuti diskusi di Eco Bhinneka. “Diskusi dengan teman-teman lintas agama dan komunitas membuat saya tergerak untuk berkontribusi mengatasi permasalahan lingkungan di desa,” ungkapnya.
Sementara itu, Ade Lestiou, Ketua Pemuda Muhammadiyah Kecamatan Purwoharjo, fokus pada produksi pupuk organik. “Saya ingin menyelamatkan bumi dari efek pupuk kimia,” tegas Ade. Ia aktif dalam kajian, kelompok tani, dan mengembangkan tani percontohan menggunakan pupuk organik.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang inovasi lingkungan yang digerakkan oleh akar rumput dalam konteks keberagaman budaya dan agama di Indonesia, serta memperkuat upaya pelestarian lingkungan melalui kolaborasi lintas agama.
(Zahrotul Janah/Penulis) Â



