Siyami, Penenun Tertua di Banyuwangi, Setia Lestarikan Tenun Osing

Siyami (72), warga Desa Jambesari, Giri, Banyuwangi, sedang menenun kain tenun khas Osing di rumahnya.

Banyuwangi – Di usia 72 tahun, Siyami, warga Desa Jambesari, Giri, Banyuwangi, masih setia melestarikan warisan leluhur dengan menjadi penenun kain tenun khas Suku Osing. Ia adalah salah satu penenun tertua di Banyuwangi yang masih bertahan di tengah semakin menurunnya regenerasi penenun.

Siyami belajar menenun secara otodidak dengan mengamati ibunya. “Saya tidak pernah diajari menenun oleh ibu dan saya hanya mengamati,” ungkap Siyami, Minggu (8/12).

Proses belajar menenun tidak mudah bagi Siyami. Ia mengalami banyak kegagalan di awal, namun berkat kegigihan dan doa, ia akhirnya berhasil menguasai teknik menenun.

Kain tenun khas Osing memiliki beragam motif, seperti Solok, Gedhog, Kluwung, dan Boto Lumut, masing-masing memiliki makna dan fungsinya tersendiri. Proses pembuatannya pun cukup rumit dan memakan waktu sekitar satu bulan untuk satu kain.

Menyadari semakin sedikitnya generasi penerus, Siyami kini mengajarkan ilmu menenun kepada anaknya agar tenun Osing tetap lestari. “Saya berharap, yang saya lakukan ini dapat melestarikan warisan budaya tenun Osing dan menginspirasi generasi muda,” harapnya.

Kisah Siyami menjadi sebuah inspirasi tentang dedikasi dan kecintaan terhadap warisan budaya. Semoga semangatnya menular kepada generasi muda untuk terus melestarikan kekayaan budaya Indonesia.

google-berita-mediakampung
saluran-whatsapp-mediakampung
Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Media Kampung. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *