banyuwangi, mediakampung.com – Dalam pementasan tari seblang Bakungan yang digelar di Desa Bakungan, Kecamatan Glagah, banyuwangi, masyarakat suku osing menunjukkan bahwa tradisi dan adat budaya mereka masih tetap lestari. Ritual ini digelar setiap awal bulan haji sebagai bentuk ritual keselamatan desa atau tolak bala.
Dalam ritual seblang Bakungan, seorang wanita yang sudah monopause ditunjuk sebagai penari utama. Ia menari dengan mata tertutup selama berjam-jam, mengikuti alunan gamelan gending seblang Lakento. Wanita ini dipercaya menjadi perantara dengan roh leluhur atau “Danyang” yang menjaga kampung mereka.

seblang Bakungan juga menjadi atraksi yang menarik bagi wisatawan. Ratusan orang memadati lokasi untuk menyaksikan penari dalam kondisi trance di atas panggung bundar yang diiringi gending khas Seblang. Gerakan ritmis penari yang memakai omprok bunga dan dihiasi dengan rambut lawon membuat penonton terpukau.

Menurut budayawan Aekanu Hariyono, ritual Seblang ini dipercaya oleh masyarakat Osing sebagai mantra untuk menyambut dan memanggil roh halus. “Mantra yang digunakan dalam ritual ini mengandung doa-doa sakral, magis, dan berkekuatan gaib. Ritual ini menjadi cara masyarakat Osing menghormati para roh leluhur mereka dan menjaga keselarasan hidup,” ungkapnya.
Pementasan seblang bakungan menjadi momen yang sangat magis dengan sorotan cahaya lampu redup dan bau kemenyan yang menyengat. Para penonton merasa terpukau dengan kekuatan dan keanggunan penari Seblang yang bergerak dengan kuat, sambil memegang keris di kedua tangannya. Ketika gending “Kembang Gadung” dilantunkan, penonton berebut membeli bunga yang dijual oleh penari Seblang. Bunga ini dipercaya sebagai sarana agar doa-doa terkabul.
Ritual seblang bakungan merupakan warisan budaya yang masih dilestarikan dengan bangga oleh masyarakat Osing di banyuwangi. Dengan menggelar ritual ini setiap tahun, mereka berharap segala bala dan penyakit dapat sirna serta mendapatkan keselamatan dan keberkahan bagi desa mereka.


