Rayakan Idul Adha, Warga Binaan Lapas Banyuwangi Laksanakan Sholat Id dan Sembelih 17 Hewan Kurban
BANYUWANGI – Suasana Hari Raya Idul Adha 1446 H turut dirasakan oleh warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Banyuwangi. Mereka melaksanakan sholat Idul Adha bersama dan menyembelih hewan kurban pada Jumat (6/6/2025).
Sholat Id digelar di Lapangan Tenis Blok Timur Lapas, sementara prosesi penyembelihan hewan kurban berlangsung di area brandgang. Kegiatan tersebut menjadi bagian dari pembinaan spiritual dan pembentukan karakter religius bagi para warga binaan.
Kepala Lapas Banyuwangi, I Wayan Nurasta Wibawa, menjelaskan bahwa perayaan Idul Adha ini merupakan bentuk penghormatan atas hak warga binaan dalam menjalankan ibadah, meski tengah menjalani masa hukuman.
“Meskipun berada di balik jeruji, warga binaan tetap memiliki hak untuk beribadah dan merasakan suasana hari raya,” ujar Wayan.
Ia juga berharap momen Idul Adha ini menjadi sarana introspeksi dan meningkatkan rasa syukur para warga binaan, sehingga lebih siap menjalani pembinaan dengan hati yang lapang.
“Dengan bersyukur, mereka akan lebih tenang dan fokus menjalani masa pidana, serta termotivasi untuk memperbaiki diri,” tambahnya.
Usai pelaksanaan sholat, kegiatan dilanjutkan dengan penyembelihan hewan kurban. Pada tahun ini, Lapas Banyuwangi menerima total 17 ekor hewan kurban, yang terdiri dari 3 ekor sapi dan 14 ekor kambing.
Menurut Wayan, hewan kurban tersebut berasal dari sejumlah instansi pemerintah, mitra kerja Lapas, masyarakat sekitar, serta partisipasi dari warga binaan sendiri.
“Ini mencerminkan kepedulian dan kepercayaan masyarakat kepada Lapas, sekaligus mempererat hubungan yang harmonis,” jelasnya.
Daging kurban yang telah disembelih kemudian dibagikan kepada seluruh warga binaan dalam dua bentuk, yaitu daging mentah untuk dibuat sate secara mandiri, serta dalam bentuk olahan untuk disantap bersama.
“Kami ingin memastikan seluruh warga binaan bisa merayakan hari raya ini dengan penuh kebahagiaan,” pungkas Kalapas.
Kegiatan ini menjadi simbol kuat bahwa pembinaan di dalam lapas tak hanya berfokus pada aspek hukum dan kedisiplinan, tetapi juga membina sisi spiritual dan kemanusiaan setiap warga binaan.



