Santri Korban Pengeroyokan di Banyuwangi Meninggal Dunia, 6 Tersangka Ditahan

Kabar duka menyelimuti dunia pendidikan dan masyarakat Banyuwangi. AR, seorang santri berusia 14 tahun, meninggal dunia pada Kamis, 2 Januari 2024, setelah menjadi korban pengeroyokan oleh enam seniornya di salah satu pondok pesantren. AR menghembuskan nafas terakhir setelah menjalani perawatan intensif selama enam hari di ruang ICU RSUD Blambangan, Banyuwangi. Selama dirawat, AR berada dalam kondisi koma dan tidak sadarkan diri.

Kapolresta Banyuwangi, Kombes Pol Rama Samtama Putra, menyampaikan bela sungkawa atas meninggalnya AR. Ia juga memastikan bahwa proses hukum terhadap para pelaku pengeroyokan terus berjalan. Enam santri senior yang diduga terlibat dalam pengeroyokan telah ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan.

Dengan meninggalnya AR, konstruksi hukum kasus ini berubah. Awalnya, kasus ini adalah pengeroyokan yang mengakibatkan luka berat. Namun, kini kasus ini berubah menjadi pengeroyokan yang menyebabkan kematian. Pasal yang dikenakan pun berubah menjadi pasal 170 tentang pengeroyokan yang mengakibatkan luka berat dan menyebabkan meninggal dunia.

Kapolresta menegaskan bahwa saat ini jumlah tersangka adalah enam orang, yaitu santri yang terlibat langsung dalam pengeroyokan. Pihaknya juga telah meminta keterangan dari beberapa orang dari pesantren. “Tapi kita masih terus melakukan pendalaman terkait bagaimana dari sisi pertanggungjawaban pesantren,” tegasnya.

Kapolresta juga menyampaikan bahwa setiap perbuatan harus ada pertanggungjawaban dan konsekuensi hukum. Pihaknya berkomitmen untuk menuntaskan kasus ini secara adil dan transparan.

AR, yang merupakan santri di salah satu pondok pesantren di Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi, diduga dikeroyok oleh enam seniornya pada Jumat, 27 Desember 2024, sekitar pukul 22.00 WIB. Dari enam pelaku, empat di antaranya adalah orang dewasa dan dua lainnya masih anak-anak. AR dilarikan ke RSUD Blambangan pada Sabtu, 28 Desember 2024, dini hari dalam kondisi koma.

Kini, kasus ini telah menjadi perhatian publik dan diharapkan dapat menjadi pelajaran agar kekerasan di lingkungan pendidikan, khususnya di pesantren, tidak terjadi lagi. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan keikhlasan.

google-berita-mediakampung
saluran-whatsapp-mediakampung
Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Media Kampung. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *