AJI Ungkap Praktik Curang dalam Seleksi Dosen CPNS yang Belum Terungkap
Media Kampung – Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Sasmito Madrim memerhatikan kasus dugaan kecurangan dalam seleksi calon pegawai negeri sipil (CPNS) yang kurang mendapat perhatian dari media. Padahal, proses seleksi yang menggunakan dana publik seharusnya menjadi sorotan utama.
“Sistem seleksi CPNS yang menggunakan dana publik seharusnya juga diperhatikan. Terkait dugaan kecurangan, perlu diungkap secara rinci, seperti pola dan bentuk kecurangannya. Sayangnya, tidak banyak media yang fokus pada isu pendidikan,” ujar Sasmito dalam wawancara dengan wartawan pada Minggu (28/1/2024).
Sasmito menegaskan bahwa adanya dugaan kecurangan dalam seleksi CPNS harus segera ditindaklanjuti oleh pihak pengawas yang berwenang.
“Jika bukti-bukti kecurangan dapat dikumpulkan dan diakses oleh publik, maka proses seleksi akan lebih transparan dan instansi terkait harus melakukan investigasi untuk mengumpulkan bukti-bukti tersebut,” jelasnya.
Seperti diketahui, proses seleksi CPNS di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi tahun 2023 telah memasuki tahap akhir, yaitu menunggu pengumuman kelulusan setelah masa sanggah. Namun, di tengah proses tersebut, muncul indikasi adanya manipulasi dalam seleksi.
Banyak peserta yang merasa tidak adil dalam tes wawancara dan tes keterampilan mengajar atau microteaching yang merupakan bagian dari Seleksi Kompetensi Bidang (SKB). Hal ini dikarenakan tanggung jawab penilaian diberikan kepada masing-masing perguruan tinggi.
Salah satu peserta seleksi, Satrio, merasa keberatan dengan hasil penilaian microteaching yang diterimanya. Ia menemukan adanya perbedaan penilaian yang mencurigakan antara dua penguji yang sama-sama menjadi dosennya saat ia masih kuliah.
“Saya mendapatkan nilai 15,5 untuk tes microteaching. Namun, satu penguji memberikan nilai 19, sedangkan penguji lain memberikan nilai yang lebih rendah karena dianggap tidak menjawab pertanyaan dengan benar,” ungkap Satrio dalam diskusi virtual Forum Komunikasi Peserta CPNS Kemendikbudristek 2023 pada Sabtu (20/1/2024) lalu.
Satrio merasa bahwa ada ketidakadilan dalam penilaian yang dilakukan oleh kedua penguji tersebut. Ia menjelaskan bahwa materi yang dipilih untuk tes microteaching sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya.
“Ikuti mata kuliah Pengantar Ilmu Sejarah karena saat kuliah, saya mendapat nilai sangat memuaskan untuk mata kuliah tersebut. Saya juga mendapat nilai yang sama untuk mata kuliah Metodologi Sejarah saat studi master,” terang Satrio.
Satrio juga menunjukkan kompetensinya melalui sertifikat yang diterimanya dari berbagai instansi, baik di dalam maupun di luar negeri. Pada tahun 2021, ia diakui sebagai Overseas Researcher untuk National University of Singapore (NUS) oleh Associate Professor Masuda Hajimu. Selain itu, ia juga mendapatkan pengakuan dari Lembaga Sertifikat Profesi Kebudayaan Kemendikbud atas kompetensinya dalam bidang sejarah.
Atas dasar itulah, Satrio mengajukan sanggah atas perolehan nilai 15,5 yang ia dapatkan dalam tes microteaching. Sebelumnya, ia selalu menduduki peringkat kedua dalam perolehan nilai SKD CAT, wawancara, dan SKB CAT, kecuali untuk tes microteaching. Satrio juga menambahkan bahwa terdapat perbedaan nilai yang mencurigakan dalam perolehan nilai antar tes.
“Saya mengajukan sanggah bukan untuk meminta lulus, tapi agar proses seleksi CPNS ini berjalan sesuai dengan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang berlaku,” tegas Satrio.



