Kelurahan Bakungan Banyuwangi, Dirikan “Omah Olah Sampah” Untuk Mengurangi Pembuangan Sampah Ke TPSA Dan Bernilai Komersil

lurah Bakungan

Banyuwangi, mediakampung.com – Pemerintahan Kelurahan Bakungan Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi yang beralamat di jalan Gembrung 100 Lingkungan Gaplek Bakungan, mendirikan tempat pengolahan sampah dengan sebutan “Omah Olah Sampah”. Program Omah Olah Sampah selain ada nilai komersil juga bertujuan untuk mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPSA (Tempat Pembuangan Sampah Akhir) Kabupaten, hingga targetnya “zero” atau tidak ada lagi yang dibuang ke TPSA.

Beranjak dari adanya krisis sampah di Kabupaten Banyuwangi pada tahun lalu, serta mendapat juara pertama lomba kantor bersih dan asri dari Pemkab Banyuwangi, menjadi penyemangat bagi Kelurahan Bakungan untuk menginisiasi dan memfasilitasi program pengolahan sampah, yang dikelola secara mandiri oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Kelurahan Bakungan.

“Sampah kalau dimanfaatkan ada nilai komersilnya, jadi solusinya adalah mengolah sampah sendiri. Program awal, telah 5 bulan kita sosialisasi ke warga untuk memilah sampah organik dan non organik dari rumah masing-masing. Sebelumnya juga kita telah berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup, dengan komunitas Pega ( Pemuda Wetan Glagah) dan desa-desa sekitar, maka ada komitmen untuk mengolah sampah sendiri,”kata Lurah Bakungan, Agus Rahmanto, S.STP., kepada mediakampung.com, Kamis (4/5/2023)

Omah Olah Sampah Bakungan
Omah Olah Sampah Bakungan

“Jadi di 2023 ini, kita fokus persoalan sampah dan targetnya 1 bulan lagi kita bisa launching omah olah sampah Bakungan,” ungkap Agus Rahmanto.

Menurut Agus, sampah terbagi atas 3 golongkan, yakni sampah organik, non organik dan sampah Residu atau sampah yang tidak bisa dimanfaatkan lagi. Untuk ketiga golongan sampah itu, “omah olah sampah” Bakungan telah punya cara mengolahnya secara efisien dan bernilai komersil.

“Untuk sampah organik, kita didampingi komunitas Pega, mendirikan mesin penghancur sampah organik menjadi bubur untuk di jadikan ternak maggot atau larva dari BSF lalat hitam. Larvanya bisa masih hidup maupun kering dapat dijual untuk pakan ikan, unggas dan hewan ternak lainnya. Sedangkan untuk non organik juga dikelola untuk dijual kembali, bahkan limbah air nantinya juga bisa dimanfaatkan, dan semua itu dikelola oleh kelompok swadaya masyarakat Bakungan,” terang Agus.

Untuk sampah residu lanjut Agus, pihaknya bersama TNI/Polri bersinergi dan telah berkoordinasi serta bekerjasama dengan SMKN Glagah dan siap untuk mendirikan mesin penghancur sampah residu.

“Alhamdulilah, kita dibuatkan mesin untuk menghancurkan sampah residu oleh SMKN Galagah, yang tentunya sesuai dengan standard dan operasionalnya berdasar aturan-aturan yang ada,” tandas Agus.

Masih menurut Agus, tantangannya adalah mengedukasi masyarakat untuk memilah sampah dari Rumah, adapihaknya telah menyiapkan tempat sampah untuk organik dan non organik.

“Penduduk Bakungan ada 5000 jiwa, terbagi dalam 39 RT dan 12 RW, sedangkan petugas pengambil sampah ada 8 orang. Kita awali dengan memberikan pelatihan kepada petugas pengambil sampah, selanjutnya berkomitmen dengan beberapa RT dulu, untuk program ini. Karena kita berprinsip “yang penting jalan dulu” serta membangun sistim. Harapan kita, program ini dapat mengurangi bahkan tidak ada sampah lagi yang di buang di TPSA,” pungkas Agus Rahmanto. (Tim)

google-berita-mediakampung
saluran-whatsapp-mediakampung
Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Media Kampung. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *