Perang Bayu di Banyuwangi, Perang Terkejam Yang Pernah Dialami Belanda

Sejarah Perang Puputan Bayu Songgon

 

Banyuwangi, mediakampung.com – Perang Bayu di Banyuwangi merupakan salah satu perang paling kejam yang dialami oleh Belanda. Perang ini terjadi pada tahun 1771-1772 antara VOC Belanda dan pasukan pribumi dari pesisir utara Jawa Timur dan Madura melawan masyarakat Blambangan yang dipimpin oleh Mas Rempeg atau Pangeran Jagapati.

Penyebab perang ini bermula dari ketidakpuasan masyarakat Blambangan terhadap cengkraman penjajah Belanda yang semena-mena.

Wilayah Blambangan saat itu menjadi incaran banyak pihak. VOC ingin menguasai wilayah ini untuk mengendalikan perdagangan. Sementara itu, Kerajaan Mengwi di Bali ingin mencegah masuknya pengaruh Islam melalui Blambangan. Hal ini membuat VOC akhirnya bergerak ke Blambangan, yang kemudian memicu perlawanan sengit dari masyarakat Blambangan.

“Perang ini sangat kejam dan mengakibatkan banyak korban jiwa. Diperkirakan hanya ada 5.000 penduduk yang selamat dari total 65.000 penduduk di Blambangan saat itu. Belanda sendiri menghabiskan dana sebanyak 8 ton emas untuk operasi perebutan Blambangan dan mengerahkan 10.000 pasukan bersenjata lengkap dan berat,” jelas Arkeolog sekaligus Kurator Museum Blambangan, Bayu Ariwibowo, dikutip, Sabtu (15/7/2023).

Perang ini diketahui sebagai gambaran tragis dari politik divide et impera (membagi dan memerintah) yang diterapkan Belanda. Korban dalam perang ini sebagian besar merupakan bangsa sendiri. Perang Bayu diakui oleh Belanda sebagai perang paling kejam yang menimbulkan banyak korban jiwa di kedua belah pihak.

Perjuangan masyarakat Blambangan dalam perang Bayu dipimpin oleh Mas Rempeg atau Pangeran Jagapati. Sayangnya, pada puncak perang pada tanggal 18 Desember 1771, Rempeg gugur akibat luka-luka yang dideritanya. Sementara itu, pasukan VOC juga mengalami kekalahan yang mengakibatkan tewasnya komandan pasukan VOC, Van Schaar dan Letnan Kornet Tinne.

Perang terus berlanjut hingga tahun berikutnya. Namun, pasukan Bayu akhirnya terdesak dengan terus mendapatkan serangan dari pasukan VOC yang didukung oleh bala bantuan dari luar. Pada tanggal 11 Oktober 1771, benteng Bayu akhirnya direbut oleh VOC. Sisa pasukan Bayu yang selamat harus menyelamatkan diri dengan bersembunyi di hutan.

Perang Bayu di Banyuwangi menjadi bagian dari sejarah yang tidak dapat dilupakan oleh masyarakat setempat. Hari jadi Kabupaten Banyuwangi pun ditetapkan pada tanggal 18 Desember sebagai penghormatan kepada perjuangan masyarakat Blambangan dalam perang ini. Meski pahit, perang ini mengajarkan banyak pelajaran tentang keberanian dan keteguhan dalam menghadapi penjajah yang sewenang-wenang.

google-berita-mediakampung
saluran-whatsapp-mediakampung
Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Media Kampung. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *