Yuni Box Collection, UMKM di Rogojampi yang mampu Berdayakan Warga, Berharap Perhatian Pemerintah
Banyuwangi, mediakampung.com – Yuni Box Collection (YBC), salah satu UMKM (usaha Mikro Kecil Menengah) yang berdomisili di Dusun Lebak Maduran, Desa/Kecamatan Rogojampi Kabupaten Banyuwangi. Memproduksi Ecobag, Walletmonte, Woodbox dan lainnya, YBC mampu berdayakan puluhan warga untuk memproduksi sekaligus menambah penghasilan, kini berharap perhatian dari Pemerintah agar produk UMKM Banyuwangi pemasarannya lebih luas.
Yuni Box Collection Rogojampi, berdiri sejak tahun 2014, dari Bali berpindah di Banyuwangi, mampu melewati krisis dan masa pandemi covid, mampu memperkejakan hingga 20 orang ibu-ibu penjahit, 5 tempat sablon.
Untuk memenuhi berbagai macam jenis barang kerajinan pesanan, YBC juga bekerja sama dengan beberapa kelompok UMKM kerajinan yang ada di desa Alasmalang, Pakistaji, aliyan dan lainnya di wilayah kecamatan Rogojampi dan sekitarnya.
Hasil produksi YBC sebenarnya tidak hanya untuk kebutuhan lokal, namun merambah sampai ke kota luar daerah, diantaranya ke Bali, Bogor, Jakarta bahkan produk itu untuk di ekspor ke luar negeri, namun oleh pihak lain.
“Dengan segala keterbatasan yang ada, prinsip kami adalah pemberdayaan kepada warga sekitar kita. Kita berikan bahan-bahan Ecobag untuk di jahitkan kepada ibu-ibu dilingkungan kita. Untuk Sablon, awalnya kita berikan pelatihan dan akhirnya bisa secara mandiri dan mengerjakan order. Untuk produksi kerajinan misalnya box tempat kopi luwak, kita ambil bahan setengah jadi dari Alasmalang untuk kita beri ukiran dan finishing sendiri. Demikian juga dengan tas dan dompet berbahan Monte, kotak selendang pantai dan lainnya,” ungkap Mustaqim, selaku pemilik Yuni Box Collection kepada mediakampung.com, Kamis (4/5/2023).

“Kita melayani daerah lokal dan juga ada beberapa daerah luar kota, Denpasar Bali, Jakarta, Bogor serta menerima produk ekspor kerajinan,” sambung Mustaqim.
Usai masa pandemi, Musatqim mengaku mulai ada peningkatan pesanan. untuk box kotak kopi luwak bisa sampai 500 kotak perbulan, juga untuk produk lainnya.
“Untuk permodalan, kita dibantu Uang DP dari pemesan antara 30-50 persen, itulah nantinya yang dibuat ongkos produksi awal, saya berikan sama pengrajin-pengrajin, setelah jadi dilunasi pembayarannya. Jadi kita tidak bisa stok barang,” terangnya.
Pada kesempatan itu, Mustaqim mengaku jika upaya pemerintah untuk membantu dalam hal pemasaran belum optimal.
“Yang kita harapkan, seperti art week atau pameran kerajinan dan produk UMKM di Banyuwangi ini dapat mengundang buyer atau eksportir yang besar, tidak sehingga penjualannya juga lebih banyak. Bahkan mungkin, bila perlu pemerintah Banyuwangi selain memasarkan juga dapat memfasilitasi untuk ekspor sendiri. Tentunya untuk tau kendalanya apa, pemerintah jangan bosan selalu memberikan pendampingan pada umkm. Karen potensi Banyuwangi ini pengrajin lumayan banyak, produknya juga berkualitas,” pungkas Mustaqim. (Yan/Wiy)


