Sebuah studi terbaru mengungkap bahwa penggunaan obat diabetes jenis GLP-1 selama kehamilan dapat memicu sejumlah risiko serius, mulai dari keguguran, cacat lahir, hingga hambatan pertumbuhan janin. Temuan ini memperkuat rekomendasi para ahli agar obat tersebut tidak dikonsumsi oleh perempuan yang sedang mengandung.

Obat GLP-1 dikenal luas sebagai terapi diabetes, namun belakangan semakin populer karena dianggap efektif membantu menurunkan berat badan. Mekanisme kerjanya yang mampu menekan nafsu makan dan memperlambat proses pencernaan membuatnya dijuluki sebagai “obat diet”. Selain itu, obat ini juga diketahui menurunkan risiko serangan jantung dan pembekuan darah.

Namun, penelitian baru menunjukkan adanya kekhawatiran besar jika obat tersebut digunakan selama masa kehamilan. Ahli endokrinologi anak dari Massachusetts General Hospital, Jacqueline Maya, menjelaskan bahwa menghentikan GLP-1 sebelum masa pembuahan memang membawa sejumlah risiko, tetapi tetap disarankan demi menekan potensi gangguan kehamilan.

Penelitian membagi peserta menjadi dua kelompok: ibu hamil yang berhenti mengonsumsi GLP-1 sebelum mengandung, dan ibu hamil yang tetap melanjutkan penggunaannya. Hasilnya menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan. Pada kelompok pertama ditemukan peningkatan risiko persalinan prematur, diabetes gestasional, serta gangguan hipertensi kehamilan.

Sementara itu, kelompok kedua mengalami kenaikan berat badan yang jauh lebih besar ketimbang kelompok lainnya. Rata-rata, ibu hamil yang tetap mengonsumsi GLP-1 mengalami kenaikan berat badan hingga 13,7 kilogram sepanjang masa kehamilan. Maya menilai kondisi ini mengkhawatirkan, karena obesitas dapat meningkatkan risiko komplikasi kehamilan baik pada ibu maupun bayi. Bahkan, 65 persen peserta penelitian dalam kategori ini mengalami kenaikan berat badan yang dinilai berlebih oleh National Academy of Medicine.

Meski memberikan gambaran penting, studi ini disebut memiliki sejumlah keterbatasan. Salah satunya adalah populasi penelitian yang memiliki indeks massa tubuh beragam, sehingga sulit membuat perbandingan yang presisi sebelum dan sesudah penggunaan GLP-1.

Kendati demikian, Maya menilai hasil studi tetap relevan sebagai pengingat bagi dokter maupun calon ibu. Temuan ini menunjukkan bahwa risiko kehamilan akibat penggunaan GLP-1 perlu menjadi perhatian lebih serius, terutama pada perempuan dengan kondisi obesitas. (putri).

saluran-whatsapp-mediakampung