Ritual Seblang Bakungan: Menjaga Warisan Leluhur dan Mengukuhkan Identitas Budaya
Banyuwangi – Sebuah tradisi turun-temurun digelar di Kelurahan Bakungan, Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi. Ritual adat Seblang, sebuah tarian magis yang dibawakan oleh seorang wanita tua dalam kondisi kehilangan kesadaran, kembali diadakan dengan menampilkan Mbah Isni, seorang wanita berusia 52 tahun. Ritual ini menjadi bagian dari warisan budaya masyarakat Bakungan yang sudah berlangsung ratusan tahun (14 Juni 2024).

Prosesi Awal: Doa dan Ider Bumi
Ritual dimulai dengan doa bersama di masjid oleh masyarakat Bakungan. Seusai magrib, lampu di seluruh desa dipadamkan, menciptakan suasana yang penuh khidmat dan sakral. Para pemangku adat dari beberapa lingkungan kemudian melakukan prosesi ider bumi, yaitu berkeliling memutari wilayah Kelurahan dengan membawa obor sambil melantunkan sholawat. Tradisi ini bertujuan untuk membersihkan dan melindungi desa dari segala mara bahaya.
Selamatan Kampung: Kebersamaan dalam Keberkahan
Setelah prosesi ider bumi selesai, lampu dinyalakan kembali. Masyarakat Bakungan melaksanakan selamatan kampung, sebuah tradisi makan bersama di sepanjang jalan desa. Setiap rumah menyajikan makanan khas Using, pecel pitik, yang dinikmati bersama-sama sebagai simbol kebersamaan dan rasa syukur.
Ketua Adat Bakungan, Heri Purwoko, menyampaikan bahwa tradisi ini digelar setiap satu minggu setelah Hari Raya Idul Adha. “Kami selaku pemangku adat senantiasa melaksanakan tradisi warisan nenek moyang yang sudah ada turun-temurun hampir ratusan tahun yang lalu. Ritual ini juga sebagai tolak bala agar masyarakat Bakungan selalu diberi kelancaran dan keberkahan dalam menjalani kehidupan,” ujarnya.
Pidato Bupati Banyuwangi: Pelestarian Budaya dan Pemberdayaan Ekonomi
Seusai sholat Isya, prosesi ritual Seblang dimulai dengan sambutan dari Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani. Dalam pidatonya, Bupati Ipuk menekankan pentingnya melestarikan tradisi adat seperti Seblang agar tidak punah dan tetap menjadi identitas jati diri wilayah kampung.
“Acara ritual adat seperti ini banyak diminati dan bisa mendatangkan banyak orang. Maka dari itu, setiap acara festival maupun adat harus melibatkan pedagang UMKM dari masyarakat lokal. Acara tradisi seperti ini bisa menambah peningkatan ekonomi dalam kesejahteraan keluarga,” ungkapnya.
Puncak Ritual Seblang: Tarian Magis dan Kesadaran yang Hilang
Acara ritual dilanjutkan dengan prosesi adu ayam antara orang Using dan orang Bali. Mbah Isni, penari Seblang, kemudian keluar dari rumahnya dalam kondisi tidak sadar, didampingi oleh cantrik laki-laki dan perempuan. Ia diarak menuju singgasana Seblang yang berada di depan balai sanggar.
Dengan lantunan musik tradisional dan gending khas Seblang, Mbah Isni menari mengikuti irama lagu dengan mata terpejam. Tarian ini diiringi oleh 13 lagu berbahasa Using yang menggema dalam malam yang mistis. Sesuai lagu terakhir selesai, Mbah Isni duduk di singgasana, kemudian disiram air suci untuk menyadarkannya. Setelah sadar, ia langsung dibawa kembali ke rumahnya.
Menjaga Tradisi, Merawat Identitas
Ritual Seblang Bakungan bukan sekadar pertunjukan, tetapi manifestasi dari nilai-nilai kebersamaan, penghormatan kepada leluhur, dan upaya menjaga identitas budaya. Tradisi ini juga menjadi momen penting untuk memperkuat solidaritas masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan melalui pemberdayaan ekonomi lokal. Dengan terus melestarikan dan menggelar ritual ini, masyarakat Bakungan menunjukkan komitmen mereka dalam menjaga warisan leluhur yang kaya akan nilai-nilai luhur dan kearifan lokal.



