Direktur IMF Kristalina Georgieva mengungkapkan para pembuat kebijakan dalam semua negara harus memikirkan solusi berhadapan dengan hambatan ini, untuk mengurangi konflik sosial pada masa depan.
“Di hampir semua skenario, Artificial Intelligence akan memperparah ketimpangan – ini merupakan tren mengkhawatirkan yang mana harus dipikirkan oleh para pembuat kebijakan agar teknologi Artificial Intelligence bukan memperburuk ketegangan sosial,” tulis Georgieva seperti dilansir dari BBC, Awal Minggu (15/1/2024).
Peringatan IMF ini menguatkan temuan Goldman Sachs pada 2023 lalu yang tersebut memperkirakan bahwa Artificial Intelligence akan menguasai 300 jt lapangan kerja di dalam seluruh dunia.
Georgieva menerangkan, pengaruh Kecerdasan Buatan akan lebih lanjut terasa di tempat negara maju ketimbang negara tumbuh atau miskin. Alasannya lantaran pekerja kerah putih tambahan berisiko ketimbang pekerja kasar.
Di negara maju, 60 persen pekerjaan akan terpengaruh AI. Separuh di area antaranya akan mengambil kegunaan positif dari AI, teristimewa terkait produktivitas. Sementara separuhnya berpotensi diambil alih oleh Artificial Intelligence itu sendiri.
“Permintaan tenaga kerja akan turun, upah akan semakin kecil serta rekrutmen berkurang. Dalam beberapa kasus, lapangan pekerjaan akan hilang mirip sekali,” wanti-wanti Georgieva.
Di negara berkembang, sebanyak 40 persen lapangan pekerjaan akan diganggu oleh Artificial Intelligence serta semata-mata 20 persen di area negara miskin.
“Sebagian besar negara ini tidak ada mempunyai infrasktruktur atau pekerja terampil yang tersebut bisa saja memanfaatkan AI, sehingga teknologi tersebu akhirnya akan memperburuk ketimpangan,” beber Georgieva.
Karenanya IMF memacu negara-negara untuk mendirikan sistem jaring pengamat sosial kemudian memberikan pelatihan untuk pekerja yang digunakan berpotensi terdampak oleh AI.
Peringatan IMF itu disampaikan ketika para pemimpin negara-negara kaya dunia juga para entrepreneur paling tajir global berkumpul dalam arena World Economic Forum, Davos Swiss.
AI akan jadi salah satu topik utama di dalam Davos. Sam Altman, bos perusahaan Kecerdasan Buatan Chatbot GPT serta ketua eksekutif Microsoft Satya Nadella akan jadi pembicara utama pada acara tersebut.