JAKARTA โ Dunia pernah mencatat keberadaan buaya air asin terbesar yang pernah diukur dalam kondisi hidup, bernama Lolong. Reptil raksasa itu ditemukan di Filipina dan diakui secara resmi oleh Guinness World Records.
Lolong merupakan buaya air asin (Crocodylus porosus) yang ditangkap pada September 2011. Penangkapan dilakukan di perairan Bunawan, Provinsi Agusan del Sur, Filipina.
Proses penangkapan Lolong berlangsung selama sekitar tiga minggu. Operasi tersebut melibatkan puluhan pria dewasa dan menggunakan rantai baja untuk mengamankan buaya berukuran ekstrem itu.
Penduduk setempat sebelumnya melaporkan hilangnya ternak serta dugaan serangan terhadap manusia. Atas dasar itu, warga meminta bantuan para ahli untuk menangkap buaya tersebut demi keselamatan publik.
Nama Lolong diambil dari Ernesto โLolongโ Conate, pemburu buaya senior yang memimpin operasi penangkapan. Conate meninggal dunia akibat serangan jantung sesaat sebelum Lolong berhasil diamankan.
Setelah ditangkap, Lolong tidak dibunuh, melainkan dipindahkan ke penangkaran untuk keperluan penelitian. Para ahli dari Guinness World Records kemudian melakukan pengukuran secara ilmiah.
Hasil pengukuran menunjukkan panjang tubuh Lolong mencapai 6,17 meter dengan berat sekitar 1.075 kilogram. Catatan tersebut menjadikannya buaya terbesar di dunia yang pernah diukur hidup.
Rekor itu mematahkan catatan sebelumnya yang dipegang Cassius, buaya raksasa asal Australia. Ukuran tubuh Lolong disebut setara dengan dua mobil kecil yang disusun memanjang.
Para ahli memperkirakan usia Lolong saat ditangkap berkisar antara 50 hingga 60 tahun. Buaya air asin diketahui dapat terus tumbuh sepanjang hidupnya jika lingkungan dan sumber makanan mendukung.
Lolong hidup di kawasan rawa Agusan yang kaya mangsa. Kondisi tersebut dinilai memungkinkan pertumbuhan ekstrem hingga mendekati batas biologis spesiesnya.
Setelah dipindahkan ke taman ekologi di Filipina, Lolong menjadi objek penelitian ilmiah. Studi difokuskan pada metabolisme, pertumbuhan, dan batas fisik buaya air asin.
Selain itu, Lolong juga menjadi daya tarik publik dan simbol nasional. Ribuan pengunjung datang untuk melihat langsung buaya raksasa yang sebelumnya dianggap sekadar legenda.
Namun, Lolong dinyatakan mati pada 10 Februari 2013. Ia meninggal akibat komplikasi pneumonia dan gangguan jantung.
Faktor stres lingkungan penangkaran serta cuaca ekstrem diduga turut memperburuk kondisi kesehatannya. Meski telah tiada, peninggalan Lolong tetap dilestarikan.
Kerangka Lolong kini diawetkan dan dipamerkan di Museum Nasional Sejarah Alam di Manila. Upaya ini dilakukan agar generasi mendatang dapat menyaksikan bukti ilmiah keberadaan buaya terbesar abad ke-21. (balqis).

















Tinggalkan Balasan