Lonjakan PHK Terbesar di Amerika Serikat Sejak 2003

Pasar tenaga kerja Amerika Serikat tengah menghadapi tekanan besar. Sepanjang Oktober 2025, tercatat 153.074 pekerja kehilangan pekerjaan, menjadikannya gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) tertinggi dalam 22 tahun terakhir.

Data terbaru dari firma penempatan kerja Challenger, Gray & Christmas menunjukkan lonjakan ini naik 175 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, serta 183 persen lebih tinggi dibanding September 2025.

iklan 728 x 90 px

Kenaikan drastis ini menandai Oktober 2025 sebagai bulan dengan jumlah PHK tertinggi sejak 2003, sekaligus yang terburuk sejak krisis ekonomi global 2009. Lonjakan ini memicu kekhawatiran baru soal daya tahan ekonomi AS di tengah tekanan inflasi dan kebijakan suku bunga tinggi yang berkepanjangan.

Tekanan Ekonomi di Balik Gelombang PHK

Menurut analis tenaga kerja, lonjakan PHK ini tidak berdiri sendiri. Kebijakan moneter ketat Federal Reserve (The Fed) yang mempertahankan suku bunga tinggi untuk menekan inflasi telah memberikan tekanan berat pada dunia usaha, terutama sektor teknologi, keuangan, dan manufaktur.

iklan 728 x 90 px

Perusahaan-perusahaan besar di AS mulai menahan ekspansi, menunda perekrutan baru, bahkan melakukan efisiensi besar-besaran untuk menekan biaya operasional.

Ekonom juga menilai, kondisi ini merupakan dampak dari perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang turut menurunkan permintaan ekspor AS. Akibatnya, perusahaan yang bergantung pada pasar internasional harus memangkas tenaga kerja untuk menjaga profitabilitas.

“PHK dalam skala besar seperti ini mencerminkan bahwa pasar tenaga kerja AS mulai kehilangan ketahanannya setelah dua tahun menunjukkan pertumbuhan kuat,” ujar seorang analis ekonomi tenaga kerja di New York.

iklan 728 x 90 px

Sektor Teknologi dan Keuangan Paling Terdampak

Sektor teknologi kembali menjadi penyumbang terbesar PHK di Amerika Serikat. Setelah sempat menikmati lonjakan pendapatan selama pandemi, banyak perusahaan digital kini menghadapi penurunan permintaan dan penyesuaian model bisnis.

Raksasa teknologi yang berfokus pada kecerdasan buatan, media sosial, serta layanan berbasis langganan dikabarkan melakukan pengurangan karyawan hingga ribuan orang untuk menekan beban gaji dan biaya riset.

iklan 728 x 90 px

Sementara itu, sektor keuangan juga ikut terdampak. Naiknya suku bunga membuat permintaan kredit dan investasi menurun, memaksa lembaga keuangan memangkas tenaga kerja di berbagai divisi, terutama di unit investasi dan real estate.

Di sisi lain, sektor manufaktur dan ritel juga mengalami penyesuaian besar-besaran akibat lemahnya konsumsi rumah tangga dan meningkatnya biaya produksi.

Kondisi Pasar Kerja AS Mulai Melemah

iklan 728 x 90 px

Biro Statistik Tenaga Kerja AS (BLS) sebelumnya melaporkan bahwa tingkat pengangguran AS sempat meningkat menjadi 3,9 persen pada September 2025, tertinggi dalam satu tahun terakhir. Data Oktober yang belum sepenuhnya dirilis diperkirakan akan menunjukkan kenaikan lebih lanjut, seiring dengan meningkatnya gelombang PHK di berbagai sektor.

Meski angka pengangguran masih tergolong rendah dibanding periode krisis 2008–2009, tren yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir menandakan pasar kerja mulai kehilangan momentum.

Sementara itu, tingkat perekrutan baru (job openings) menurun tajam karena perusahaan lebih berhati-hati menghadapi ketidakpastian ekonomi.

“Kita mulai melihat efek nyata dari kebijakan moneter ketat The Fed. Pasar tenaga kerja yang selama ini menjadi pilar kekuatan ekonomi AS kini mulai melunak,” kata Andrew Challenger, Senior Vice President di Challenger, Gray & Christmas.

Dampak Terhadap Ekonomi dan Kebijakan The Fed

Lonjakan PHK ini berpotensi memengaruhi arah kebijakan Federal Reserve dalam beberapa bulan mendatang. The Fed tengah berada di posisi sulit: di satu sisi ingin menurunkan inflasi yang masih di atas target 2 persen, namun di sisi lain tidak ingin mendorong ekonomi ke arah resesi.

Beberapa ekonom memperkirakan, data PHK yang tinggi bisa menjadi sinyal bagi The Fed untuk mulai melonggarkan kebijakan suku bunga secara bertahap pada paruh pertama tahun 2026.

“Jika tren PHK terus meningkat dan pertumbuhan upah melambat, The Fed mungkin mempertimbangkan untuk memangkas suku bunga lebih cepat dari perkiraan,” ujar David Kelly, ekonom senior di JPMorgan Asset Management.

Selain itu, meningkatnya pengangguran juga dapat menekan daya beli masyarakat, yang pada akhirnya memperlambat konsumsi — kontributor utama pertumbuhan ekonomi AS.

Bandingkan PHK Saat Krisis 2008 dan Pandemi 2020

Sebagai perbandingan, selama krisis keuangan global 2008, rata-rata PHK di AS mencapai lebih dari 200 ribu pekerja per bulan. Sementara pada awal pandemi COVID-19 tahun 2020, angka PHK bahkan menembus jutaan pekerja akibat penutupan ekonomi total.

Meski gelombang PHK saat ini belum sebesar dua periode tersebut, analis memperingatkan bahwa tren Oktober 2025 menunjukkan awal dari siklus penyesuaian ekonomi baru. Jika kondisi inflasi dan suku bunga tinggi berlanjut, bukan tidak mungkin angka PHK akan terus meningkat hingga awal 2026.

Respons Pemerintah dan Dunia Usaha

Pemerintah AS dikabarkan tengah memantau situasi pasar tenaga kerja dengan cermat. Departemen Tenaga Kerja (DOL) berkoordinasi dengan berbagai lembaga dan sektor industri untuk memastikan dukungan bagi pekerja terdampak, termasuk akses program pelatihan ulang dan bantuan pengangguran.

Beberapa negara bagian juga mulai menyiapkan paket stimulus lokal guna mendorong penciptaan lapangan kerja baru di sektor energi bersih, logistik, dan teknologi manufaktur.

Sementara itu, perusahaan besar yang terdampak gelombang PHK berjanji akan memberikan kompensasi dan paket transisi bagi karyawan yang terkena dampak, untuk membantu mereka kembali ke pasar kerja secepatnya.

Menatap 2026 Antara Harapan dan Kekhawatiran

Para analis memperkirakan, kondisi pasar tenaga kerja AS akan tetap fluktuatif hingga pertengahan 2026. Jika The Fed mulai menurunkan suku bunga dan inflasi terus melandai, dunia usaha diperkirakan akan kembali membuka perekrutan baru secara bertahap.

Namun jika tekanan biaya dan ketidakpastian global berlanjut, risiko resesi teknikal bisa meningkat — dan angka PHK berpotensi mencetak rekor baru.

Bagi banyak pekerja, 2025 menjadi tahun penuh ketidakpastian. Sinyal pemulihan masih jauh dari pasti, sementara tekanan biaya hidup tetap tinggi.

“Pasar tenaga kerja AS kini berada di persimpangan. Apakah ini hanya fase penyesuaian atau awal dari pelemahan ekonomi lebih dalam — semuanya tergantung bagaimana kebijakan ekonomi dijalankan enam bulan ke depan,” ujar seorang analis dari Bloomberg Economics.

Sinyal Peringatan untuk Ekonomi AS

Lonjakan PHK di Amerika Serikat pada Oktober 2025 menjadi peringatan keras bahwa pasar tenaga kerja mulai rapuh setelah periode pemulihan pascapandemi. Dengan 153 ribu pekerja kehilangan pekerjaan dalam satu bulan, ekonomi terbesar dunia itu kini menghadapi ujian baru dalam menjaga keseimbangan antara pengendalian inflasi dan perlindungan lapangan kerja.

Apabila kebijakan ekonomi tidak segera menyesuaikan diri terhadap tekanan ini, gelombang PHK bisa menjadi sinyal awal dari perlambatan ekonomi yang lebih luas — tidak hanya di Amerika Serikat, tetapi juga bagi perekonomian global yang saling terhubung. (putri).

google-berita-mediakampung
saluran-whatsapp-mediakampung