Bahasa Using, Identitas yang Terus Dijaga
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, kembali menegaskan komitmennya dalam menjaga warisan budaya daerah melalui penyelenggaraan Festival Literasi Using. Program tahunan ini menjadi salah satu inisiatif strategis untuk melestarikan Bahasa Using, bahasa khas masyarakat asli Banyuwangi yang sarat nilai sejarah dan kearifan lokal.
Festival ini secara rutin melibatkan ribuan pelajar dari berbagai jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama. Dengan melibatkan generasi muda, pemerintah daerah berharap bahasa daerah tidak hanya sekadar dikenang, tetapi juga terus digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
“Bahasa adalah identitas. Jika bahasa daerah hilang, maka hilang pula sebagian dari jati diri kita sebagai masyarakat Using,” ujar Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, dalam sambutannya saat pembukaan festival.
Festival Tahunan yang Telah Menjadi Tradisi
Tahun ini menjadi tahun kelima pelaksanaan Festival Literasi Using. Sejak pertama kali digelar, kegiatan ini selalu mendapat sambutan antusias dari masyarakat dan lembaga pendidikan. Festival ini bukan sekadar ajang lomba, melainkan ruang interaksi budaya yang mempertemukan pelajar, guru, sastrawan, dan pemerhati bahasa.
Beragam kompetisi dihadirkan untuk mengasah kemampuan berbahasa Using, seperti lomba pidato, menulis cerita pendek, puisi, hingga dongeng daerah. Selain itu, terdapat juga sesi diskusi literasi dan lokakarya yang menghadirkan penulis lokal serta budayawan Banyuwangi.
Kegiatan ini menjadi momentum penting untuk membangkitkan minat pelajar dalam menggunakan bahasa daerah sebagai sarana komunikasi dan ekspresi seni. Pemerintah berharap, melalui festival ini, muncul generasi muda yang tidak hanya bangga terhadap budaya global, tetapi juga mencintai akar budayanya sendiri.
Menanamkan Cinta Bahasa Daerah Sejak Dini
Dalam pernyataannya, Bupati Ipuk menegaskan pentingnya menanamkan kecintaan terhadap bahasa daerah sejak usia dini. Menurutnya, pelestarian bahasa tidak cukup hanya dengan dokumentasi, melainkan perlu dihidupkan dalam aktivitas sehari-hari.
“Oleh karena itu, upaya pelestarian bahasa sejak dini dengan melibatkan pelajar menjadi sangat penting untuk membangkitkan kembali kebiasaan dan kebanggaan terhadap bahasa lokal,” ujarnya.
Langkah tersebut juga sejalan dengan kebijakan pendidikan berbasis kearifan lokal yang tengah dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Melalui sinergi antara Dinas Pendidikan dan Dinas Kebudayaan, berbagai sekolah di Banyuwangi mulai mengintegrasikan Bahasa Using dalam kegiatan belajar-mengajar maupun ekstrakurikuler.
Tantangan di Era Modernisasi
Meskipun upaya pelestarian terus dilakukan, keberadaan bahasa daerah menghadapi tantangan besar di era modern. Globalisasi dan penetrasi budaya populer membuat generasi muda cenderung lebih akrab dengan bahasa nasional atau bahkan bahasa asing. Kondisi ini berpotensi membuat bahasa daerah terpinggirkan.
Menurut para ahli bahasa, bahasa daerah akan bertahan jika terus digunakan secara aktif dalam berbagai konteks, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Oleh karena itu, festival seperti ini memiliki peran penting dalam menjaga agar Bahasa Using tetap hidup dan relevan.
Selain itu, dukungan teknologi juga mulai dilibatkan dalam upaya pelestarian. Pemerintah daerah bersama komunitas literasi tengah mengembangkan kamus digital dan konten edukatif berbasis Bahasa Using agar lebih mudah diakses oleh masyarakat luas, terutama generasi muda yang terbiasa dengan dunia digital.
Sinergi Pemerintah dan Masyarakat
Kesuksesan pelestarian bahasa daerah tentu tidak bisa hanya mengandalkan peran pemerintah. Partisipasi masyarakat, terutama para orang tua, guru, dan komunitas budaya, menjadi kunci utama dalam menjaga keberlanjutan bahasa Using.
Beberapa komunitas lokal di Banyuwangi bahkan telah menginisiasi kegiatan seperti kelas Bahasa Using, pertunjukan teater rakyat, dan penerbitan buku anak berbahasa Using. Inisiatif tersebut memperlihatkan bahwa kesadaran masyarakat untuk mempertahankan identitas lokal semakin tumbuh kuat.
Bupati Ipuk pun menekankan bahwa pelestarian bahasa bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga bentuk kepedulian bersama terhadap budaya yang diwariskan oleh leluhur. “Ketika kita menjaga bahasa, sejatinya kita sedang menjaga sejarah dan nilai-nilai kehidupan yang membentuk karakter masyarakat Banyuwangi,” katanya.
Menjaga Warisan untuk Masa Depan
Festival Literasi Using bukan sekadar kegiatan seremonial, melainkan bagian dari upaya panjang untuk memastikan warisan budaya Banyuwangi tetap hidup di tengah arus perubahan zaman. Melalui kegiatan ini, generasi muda diajak untuk tidak melupakan bahasa dan budaya daerahnya, sekaligus memperkuat jati diri sebagai bagian dari bangsa yang kaya akan keberagaman.
Dengan dukungan berkelanjutan dari berbagai pihak, Banyuwangi diharapkan dapat menjadi contoh daerah yang berhasil menyeimbangkan kemajuan modern dengan pelestarian budaya lokal. Karena pada akhirnya, kekayaan sejati sebuah daerah bukan hanya terletak pada kemajuannya, tetapi juga pada kemampuannya menjaga akar budaya yang menjadi dasar identitasnya. (putri).


