Sumenep — Sebanyak 750 balita di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, tercatat mengalami stunting. Data tersebut dibenarkan Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) setempat, dengan sebaran kasus yang mencakup seluruh wilayah kecamatan.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes P2KB Sumenep, Desy Febryana, menjelaskan bahwa balita stunting ditemukan di 27 kecamatan di Kabupaten Sumenep. Kondisi tersebut menjadi perhatian serius karena menyangkut kualitas tumbuh kembang anak di daerah.

Untuk menangani ratusan kasus tersebut, Dinkes P2KB telah melakukan berbagai langkah intervensi. Salah satunya melalui pemberian makanan tambahan berupa susu Pangan Khusus Medis (PKMK) bagi balita yang telah terdiagnosis stunting. Penanganan awal dilakukan melalui Pemberian Diet Khusus (PDK) selama kurang lebih 14 hari.

Menurut Desy, PDK bertujuan untuk mengejar pertumbuhan serta memperbaiki status gizi balita, khususnya indikator tinggi badan menurut usia. Setelah masa PDK selesai, intervensi dilanjutkan dengan pemberian makanan tambahan berbasis pangan lokal yang memiliki kandungan protein tinggi.

Dinkes P2KB menetapkan standar kandungan protein dalam PMT lanjutan dengan Protein Efficiency Ratio (PER) minimal 12 persen. Langkah ini diharapkan mampu membantu pemulihan kondisi gizi balita secara bertahap dan berkelanjutan.

Meski demikian, Desy mengakui terdapat sejumlah kendala dalam pelaksanaan penanganan di lapangan. Tidak semua balita stunting dapat langsung memperoleh intervensi PDK karena harus disesuaikan dengan diagnosis medis, resep diet dari dokter spesialis anak, serta perhitungan ahli gizi.

Selain fokus pada penanganan, Dinkes P2KB Sumenep juga menekankan pentingnya upaya pencegahan. Intervensi dini lebih diutamakan pada balita dengan masalah gizi lain agar tidak berkembang menjadi stunting. Menurut Desy, tidak seluruh kasus stunting dapat ditangani langsung oleh Dinkes dan jaringannya, sehingga diperlukan keterlibatan berbagai pihak secara optimal.

Ke depan, Dinkes P2KB Sumenep menyiapkan sejumlah langkah strategis untuk memperkuat penanganan stunting. Upaya tersebut meliputi penguatan deteksi dini dan skrining rutin di posyandu, standarisasi SOP penanganan stunting dan PDK, penguatan sistem rujukan, serta peningkatan kerja sama lintas sektor. Intervensi juga akan diarahkan kepada balita berisiko stunting, seperti yang mengalami wasting, underweight, atau berat badan tidak mengalami kenaikan. (selsy).