Google Hidupkan Kembali Pembangkit Nuklir Tertidur untuk Dukung Kebutuhan AI

Perusahaan teknologi besar Google membuat langkah strategis untuk menghidupkan kembali fasilitas pembangkit listrik tenaga nuklir yang telah tidak aktif, sebagai bagian dari upayanya menyiapkan pasokan listrik bersih dan andal bagi infrastruktur kecerdasan buatan (AI). Langkah ini menandai babak baru dalam hubungan antara raksasa teknologi dan sektor energi nuklir.

Mengapa Google Melakukan Ini?

Kebutuhan Listrik Tak Hanya dari Matahari dan Angin

Dengan pertumbuhan layanan cloud dan AI yang masif, kebutuhan listrik “24/7” semakin besar. Teknologi terbarukan seperti surya dan angin masih bergantung kondisi cuaca dan penyimpanan energi—sementara nuklir menawarkan pasokan listrik yang terus-menerus dan bebas karbon.
Google sendiri menyebut pembangkit nuklir sebagai solusi “always-on” yang mendukung data center mereka.

Pembangkit Nuklir yang Dimaksud

Fasilitas yang akan dihidupkan kembali adalah Duane Arnold Energy Center di Iowa, AS. Pembangkit ini semula beroperasi sejak 1974, kemudian ditutup pada 2020.
Perusahaan energi NextEra Energy menjalin kerjasama dengan Google untuk menghidupkan kembali pusat nuklir tersebut, dengan target dapat beroperasi kembali pada 2029.

Detail Kerjasama antara Google dan NextEra

Kontrak Jangka Panjang

Google menandatangani kontrak pembelian listrik (power-purchase agreement) selama 25 tahun untuk membeli listrik dari Duane Arnold setelah beroperasi kembali.
Menurut laporan, kapasitasnya lebih dari 600 MW, yang akan dialokasikan untuk mendukung layanan Google serta memperkuat jaringan listrik regional.

Alasan Strategis dan Ekonomi

Kerjasama ini dianggap sebagai model investasi yang dapat mempercepat pemanfaatan pembangkit nuklir yang non-aktif, dibanding membangun fasilitas baru dari nol.
Pilihan untuk menghidupkan kembali pembangkit yang sudah ada memungkinkan waktu konstruksi lebih pendek dan potensi biaya lebih terkendali.

Tantangan yang Dihadapi

Meskipun potensi besar, terdapat sejumlah tantangan mencolok:

Proses perizinan dan keselamatan nuklir tetap ketat.

Biaya pengupgradasian dan rekondisi fasilitas lama mungkin besar, dan proyek nuklir telah lama dikenal rawan kelebihan biaya serta penundaan.

Masyarakat dan pemangku kepentingan menuntut transparansi dan jaminan keamanan operasi jangka panjang.

Implikasi Lebih Luas untuk Industri Energi dan AI

Perubahan Lanskap Energi

Dengan Google sebagai salah satu pelanggan nuklir korporat besar, wilayah industri teknologi dan energi tampak semakin terkoneksi. Perusahaan teknologi tak hanya bergantung pada listrik dari sumber terbarukan tradisional, tetapi kini aktif menjalin kontrak dengan energi nuklir.
Model seperti ini bisa menginspirasi lebih banyak pembangkit nuklir yang tertutup atau tidak digunakan lagi untuk dihidupkan kembali, terutama jika ada jaminan offtake jangka panjang.

Dampak pada Infrastruktur AI

Pasokan listrik yang stabil dan terus-menerus sangat penting bagi pusat data dan layanan AI skala besar. Dengan mengamankan listrik dari pembangkit nuklir, Google memperkuat ketahanan operasionalnya—terutama di tengah lonjakan permintaan yang dipicu oleh generative AI, komputasi awan, dan data center global.

Keuntungan bagi Regional dan Ekonomi Lokal

Proyek reaktivasi pembangkit nuklir seperti ini bisa membawa manfaat ekonomi bagi daerah sekitar: menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan pajak wilayah, dan memperkuat jaringan listrik lokal. Misalnya, pembangunan kembali Duane Arnold dipandang sebagai potensi peningkatan ekonomi untuk negara bagian Iowa.

Apa yang Wajib Diperhatikan ke Depan?

Waktu dan realisasi: Meskipun target 2029 ditetapkan, keberhasilan tergantung pada persetujuan regulasi, rekonstruksi teknis, dan konfirmasi operasional yang aman.

Transparansi dan keamanan: Karena sejarah pembangkit nuklir mengandung aspek sensitif, publik dan pemangku kepentingan akan menuntut laporan terbuka mengenai keselamatan dan pengelolaan limbah nuklir.

Skalabilitas model: Jika berhasil, apakah banyak pembangkit lama lainnya yang bisa ikut dihidupkan kembali dengan model serupa? Apakah ini menjadi solusi jangka panjang untuk kebutuhan energi korporat berskala besar?

Peran sumber energi terbarukan: Nuklir tidak menggantikan secara langsung surya atau angin, namun melengkapi sebagai sumber dasar (“baseload”) yang tak bergantung cuaca.

Langkah Google untuk menghidupkan kembali pembangkit nuklir melalui kerjasama dengan NextEra menandai babak baru dalam strategi energi perusahaan teknologi besar. Dengan menandatangani kontrak jangka panjang untuk pembelian listrik dari fasilitas yang semula tutup, Google menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan listrik bersih dan andal untuk pusat data dan AI tak bisa hanya mengandalkan sumber terbarukan konvensional.
Meski penuh tantangan—mulai dari regulasi, teknis, hingga kepercayaan publik—inisiatif ini berpotensi menjadi pionir bagi hubungan baru antara industri teknologi dan energi nuklir. Bagi Indonesia dan negara-lain, model ini layak diamati sebagai alternatif dalam merencanakan masa depan energi dan teknologi. (selsy).

google-berita-mediakampung
saluran-whatsapp-mediakampung