Banyuwangi – Pemerintah Kabupaten Banyuwangi kembali meniadakan karangan bunga dalam peringatan Hari Jadi Banyuwangi (Harjaba) ke-254. Sebagai gantinya, ucapan dari mitra kerja dialihkan dalam bentuk paket sembako untuk masyarakat yang membutuhkan.
Kebijakan tersebut menghasilkan lebih dari 1.000 paket sembako yang terkumpul sejak 13 Desember 2025. Hingga Kamis (18/12/2025), kiriman paket masih terus berdatangan dan pengumpulan dijadwalkan berlangsung hingga 19 Desember 2025.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengatakan, pengalihan karangan bunga menjadi sembako merupakan upaya menghadirkan peringatan hari jadi yang lebih bermanfaat dan berdampak langsung bagi masyarakat.
“Pada Hari Jadi Banyuwangi ini, kami mengajak agar ucapan karangan bunga diganti dengan paket sembako yang nantinya disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan, termasuk korban bencana,” ujar Ipuk.
Ipuk menjelaskan, bantuan tersebut tidak hanya disalurkan kepada warga Banyuwangi, tetapi juga akan dikirimkan ke daerah lain yang terdampak bencana, termasuk wilayah Sumatera dan Aceh. Langkah ini disebut sebagai wujud solidaritas dan kepedulian antardaerah sesuai tema Harjaba ke-254, Tandang Bareng.
Selain itu, Ipuk menyebut Pemkab Banyuwangi juga mengajak aparatur sipil negara (ASN) untuk berdonasi bagi masyarakat terdampak bencana di luar daerah. Ajakan tersebut, kata dia, mendapat respons positif.
“Alhamdulillah, partisipasi ASN cukup baik. Ini menunjukkan semangat kebersamaan yang kuat,” katanya.
Dalam rangkaian peringatan Harjaba ke-254, Pemkab Banyuwangi juga menggelar berbagai kegiatan, mulai dari doa bersama, sarapan bersama lintas elemen masyarakat, hingga penampilan seni oleh pelajar.
Menurut Ipuk, Harjaba menjadi momentum untuk memperkuat kolaborasi dan kebersamaan dalam menghadapi tantangan pembangunan ke depan.
“Harjaba adalah pengingat bagi kita semua untuk terus bergandengan tangan dan berkolaborasi,” ujarnya.
Selain itu, Bupati Ipuk bersama jajaran Forkopimda melakukan ziarah ke makam para bupati pendahulu Banyuwangi sebagai bentuk penghormatan atas jasa dan pengabdian mereka.
Sejumlah tokoh yang diziarahi di antaranya Kanjeng R.T. Wiroguno II (Mas Thalib), Bupati Banyuwangi II (1782–1818); Kanjeng R.T. Suronegoro, Bupati Banyuwangi III (1818–1832); serta beberapa bupati lainnya hingga Ir. H. Samsul Hadi, Bupati Banyuwangi XXV (2000–2005).
Ipuk menyampaikan bahwa ziarah tersebut menjadi pengingat bahwa kemajuan Banyuwangi saat ini tidak terlepas dari fondasi yang dibangun para pendahulu.
“Ziarah ini bukan sekadar tradisi, tetapi bentuk penghormatan dan pengingat bahwa Banyuwangi berdiri kokoh berkat perjuangan dan pengabdian para bupati terdahulu,” kata Ipuk.
Rangkaian ziarah ditutup dengan pembacaan doa bersama dan tabur bunga di makam para pendahulu.
Informasi mengenai sejarah dan perjalanan daerah dapat dibaca pada artikel profil lengkap Banyuwangi.


















Tinggalkan Balasan