Bagi masyarakat Banyuwangi, peran anak muda dalam menjaga nilai budaya bukan sekadar simbol seremonial. Di tengah arus globalisasi dan budaya populer, regenerasi pelaku budaya menjadi kebutuhan nyata agar identitas lokal tetap hidup dan relevan. Dari sinilah peran duta budaya daerah menjadi penting, bukan hanya sebagai ikon visual, tetapi juga sebagai penyampai nilai, sejarah, dan karakter masyarakat Banyuwangi.

Ringkasannya: Jebeng Thulik Banyuwangi adalah ajang pemilihan duta budaya daerah, dengan Jebeng sebagai representasi perempuan dan Thulik sebagai representasi laki-laki. Program ini berfungsi menjaga identitas budaya lokal, memperkuat peran generasi muda, serta mendukung promosi budaya dan pariwisata Banyuwangi.

I. Pendahuluan

Jebeng Thulik Banyuwangi merupakan ajang budaya yang memiliki posisi strategis dalam menjaga kesinambungan identitas lokal di tengah perubahan sosial dan modernisasi. Lebih dari sekadar seleksi duta daerah, Jebeng Thulik menjadi ruang pembelajaran budaya bagi generasi muda sekaligus sarana regenerasi nilai-nilai tradisi Osing yang telah mengakar dalam kehidupan masyarakat Banyuwangi.

Di tengah pesatnya perkembangan pariwisata, ekonomi kreatif, dan digitalisasi, Banyuwangi memilih pendekatan kebudayaan sebagai fondasi pembangunan sosial. Jebeng Thulik hadir sebagai representasi anak muda yang tidak hanya memahami daerahnya, tetapi juga mampu menyampaikan narasi budaya Banyuwangi secara tepat, beretika, dan bertanggung jawab.


II. Apa Itu Jebeng Thulik Banyuwangi?

Jebeng Thulik Banyuwangi adalah ajang pemilihan duta budaya daerah, dengan:

  • Jebeng sebagai perwakilan perempuan, dan
  • Thulik sebagai perwakilan laki-laki.

Peserta terpilih diharapkan menjadi figur teladan yang memiliki wawasan budaya, kepribadian baik, kemampuan komunikasi publik, serta kepedulian terhadap isu sosial dan lingkungan.

Berbeda dengan kontes berbasis penampilan semata, Jebeng Thulik menitikberatkan pada nilai, etika, dan peran sosial, menjadikannya bagian dari strategi pelestarian budaya jangka panjang.


III. Sejarah Lahirnya Jebeng & Thulik Banyuwangi

1. Latar Belakang Sosial dan Budaya

Ajang Jebeng Thulik lahir dari kebutuhan akan regenerasi pelaku budaya di Banyuwangi. Tradisi Osing yang kaya memerlukan peran aktif generasi muda agar tetap relevan dan tidak tergerus oleh perubahan zaman.

2. Awal Penyelenggaraan

Pemilihan Jebeng Thulik mulai dikembangkan sebagai bagian dari agenda kebudayaan daerah, seiring dengan penguatan sektor pariwisata berbasis budaya. Pemerintah daerah, tokoh adat, dan komunitas budaya menjadi unsur penting dalam pembentukannya.

3. Perkembangan Konsep

Seiring waktu, konsep seleksi berkembang dengan penekanan pada:

  • wawasan sejarah dan budaya lokal,
  • kemampuan berpikir kritis,
  • keterlibatan sosial,
  • serta kesiapan menjadi representasi daerah di ruang publik.

IV. Makna Filosofis Jebeng dan Thulik

1. Jebeng (Perempuan)

Dalam tradisi Banyuwangi, Jebeng melambangkan sosok perempuan muda yang berwawasan, beretika, dan berkepribadian kuat. Jebeng merepresentasikan nilai kecerdasan, keteguhan moral, serta kepekaan sosial perempuan Banyuwangi.

Jebeng china di acara jebeng thulik banyuwangi 2025
Jebeng china di acara jebeng thulik banyuwangi 2025. (Sumber: IG @jebengthulikbwi)

Peran Jebeng tidak semata simbol keindahan, tetapi juga:

  • agen pelestarian budaya,
  • komunikator nilai lokal,
  • serta teladan sikap dan etika bagi generasi muda.

2. Thulik (Laki-laki)

Thulik merupakan representasi laki-laki Banyuwangi yang mencerminkan karakter kepemimpinan, tanggung jawab, dan keberanian moral. Thulik diharapkan memahami sejarah daerah, adat istiadat, serta mampu berkontribusi aktif dalam kegiatan sosial dan budaya.

thulik di acara menuju putra putri kebudayaan nusantara 2025
Thulik di acara menuju putra putri kebudayaan nusantara 2025. (Sumber: IG @jebengthulikbwi)

Sebagai duta budaya, Thulik berperan:

  • menyampaikan narasi Banyuwangi secara tepat,
  • menjadi figur pemuda yang berintegritas,
  • serta menjembatani tradisi dengan dinamika modern.

3. Kesatuan Nilai

Jebeng dan Thulik merupakan satu kesatuan simbolik yang mencerminkan keseimbangan peran perempuan dan laki-laki dalam menjaga identitas budaya Banyuwangi. Keduanya bersama-sama menjadi wajah generasi muda yang berakar pada tradisi namun adaptif terhadap perubahan zaman.


V. Proses Pemilihan Jebeng Thulik

1. Tahapan Seleksi

Proses seleksi umumnya meliputi:

  • pendaftaran dan seleksi administrasi,
  • tes pengetahuan budaya dan daerah,
  • pembekalan atau karantina,
  • penilaian kepribadian dan komunikasi,
  • hingga malam puncak pemilihan.

2. Kriteria Penilaian

Aspek yang dinilai mencakup:

  • pemahaman budaya Banyuwangi,
  • kemampuan berbicara di depan publik,
  • etika dan sikap sosial,
  • kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan.

3. Unsur Penilai

Juri berasal dari unsur pemerintah daerah, akademisi, budayawan, serta praktisi pariwisata dan komunikasi publik.


VI. Busana Adat dan Simbol Budaya

Busana yang dikenakan Jebeng dan Thulik mengusung unsur budaya Osing dengan filosofi mendalam. Warna, motif, dan aksesoris mencerminkan identitas Banyuwangi serta nilai keseimbangan antara tradisi dan estetika modern.

Busana ini berfungsi sebagai:

  • media edukasi budaya,
  • simbol kebanggaan daerah,
  • serta daya tarik visual dalam promosi kebudayaan.

VII. Peran Jebeng Thulik dalam Pariwisata Banyuwangi

Jebeng Thulik berperan aktif sebagai duta promosi budaya dan pariwisata. Keterlibatan mereka terlihat dalam:

  • festival daerah,
  • agenda pariwisata nasional,
  • pameran budaya,
  • serta kegiatan promosi berbasis digital.

Keberadaan Jebeng Thulik memperkuat citra Banyuwangi sebagai daerah yang konsisten mengangkat budaya sebagai kekuatan utama pembangunan pariwisata.


VIII. Jebeng Thulik dan Generasi Muda

Ajang ini mendorong generasi muda untuk:

  • mengenal jati diri daerahnya,
  • aktif dalam kegiatan budaya,
  • berani tampil di ruang publik,
  • serta memanfaatkan media digital untuk edukasi budaya.

Banyak Jebeng dan Thulik yang kemudian berperan sebagai:

  • aktivis budaya,
  • pelaku UMKM kreatif,
  • konten kreator budaya,
  • hingga penggerak komunitas lokal.

IX. Tantangan dan Dinamika

Beberapa tantangan yang dihadapi antara lain:

  • menjaga substansi budaya agar tidak bersifat seremonial,
  • memastikan keberlanjutan peran pascapemilihan,
  • menyesuaikan konsep dengan perkembangan generasi digital.

Pembinaan berkelanjutan menjadi kunci agar Jebeng Thulik tetap relevan dan berdampak nyata.


X. Jebeng Thulik dalam Perspektif Nasional

Dalam konteks nasional, Jebeng Thulik Banyuwangi menunjukkan bahwa ajang duta budaya dapat dikembangkan berbasis nilai lokal, bukan sekadar popularitas. Model ini menempatkan budaya sebagai kekuatan utama dalam pembangunan daerah dan diplomasi budaya.


XI. Kesimpulan

Jebeng Thulik Banyuwangi adalah simbol keseriusan daerah dalam menjaga identitas budaya melalui peran generasi muda. Dengan menempatkan Jebeng sebagai representasi perempuan dan Thulik sebagai representasi laki-laki, ajang ini mencerminkan keseimbangan peran sosial dalam pelestarian budaya.

Keberlanjutan Jebeng Thulik akan sangat ditentukan oleh konsistensi pembinaan, keterlibatan masyarakat, serta kemampuan adaptasi terhadap dinamika sosial dan digital.


XII. FAQ

Apa itu Jebeng Thulik Banyuwangi?
Ajang pemilihan duta budaya daerah Banyuwangi dengan Jebeng sebagai perwakilan perempuan dan Thulik sebagai perwakilan laki-laki.

Apa tujuan utama Jebeng Thulik?
Melestarikan budaya lokal dan membentuk figur teladan generasi muda.

Apa perbedaan Jebeng dan Thulik?
Jebeng mewakili perempuan, sedangkan Thulik mewakili laki-laki.

Apa perannya bagi pariwisata?
Sebagai duta promosi budaya dan identitas Banyuwangi.


Catatan Redaksi: Artikel ini disusun sebagai rujukan budaya Banyuwangi dan akan diperbarui secara berkala mengikuti perkembangan kebijakan, tradisi, dan peran generasi muda.