ACEH TAMIANG — Banjir yang melanda Kabupaten Aceh Tamiang memaksa ribuan warga bertahan dalam kondisi darurat dengan akses pangan dan air bersih yang sangat terbatas. Di tengah situasi tersebut, mi instan menjadi makanan utama, bahkan dikonsumsi dalam kondisi mentah karena minimnya sarana memasak di lokasi pengungsian.

Sejumlah pengungsi mengaku terpaksa memakan mi instan tanpa dimasak lantaran keterbatasan air bersih, gas, dan listrik. Pasokan listrik di beberapa titik pengungsian hanya menyala sekitar 1–2 jam per hari, membuat aktivitas memasak nyaris tidak memungkinkan.

“Air sulit, listrik sebentar saja. Untuk masak hampir tidak bisa, jadi mi dimakan langsung,” ujar salah satu warga terdampak banjir.

Keluhan Kesehatan Mulai Muncul

Kondisi ini mulai berdampak pada kesehatan pengungsi. Beberapa warga dilaporkan mengalami keluhan gatal-gatal hingga sesak napas setelah berhari-hari mengonsumsi mi instan tanpa diolah dengan layak.

Warga menyebut kebutuhan mendesak saat ini meliputi air bersih, peralatan dapur, kompor gas, bahan bakar, serta penerangan. Ketiadaan fasilitas tersebut membuat pilihan pangan semakin terbatas.

Mi Instan Jadi Pilihan Darurat

Dalam kondisi bencana, mi instan kerap menjadi makanan andalan karena mudah didistribusikan dan memiliki daya simpan lama. Namun, makanan ini sejatinya tidak dirancang sebagai sumber gizi utama dalam jangka panjang, terlebih jika dikonsumsi mentah dan berulang.

Kondisi di Aceh Tamiang mencerminkan tantangan umum di wilayah terdampak bencana, di mana akses pangan segar dan sarana pengolahan makanan terputus. Penelitian Zhu dkk. dalam International Journal of Environmental Research and Public Health (2020) mencatat bahwa pangan darurat umumnya dipilih berdasarkan kepraktisan dan ketahanan simpan, bukan kualitas gizi optimal.

Hal serupa ditegaskan dalam The Sphere Handbook yang menyebutkan bahwa keterbatasan air bersih sering menjadi kendala utama dalam pemenuhan kebutuhan gizi di lokasi pengungsian.

Situasi ini menimbulkan pertanyaan lanjutan mengenai dampak kesehatan konsumsi mi instan mentah secara berulang, serta perlunya solusi pangan darurat yang lebih aman dan bergizi bagi korban bencana. (putri).