Bentrok militer mematikan kembali terjadi di sepanjang wilayah perbatasan sengketa Thailand dan Kamboja dalam beberapa pekan terakhir. Para analis menilai konflik Thailand Kamboja kali ini tidak hanya dipicu persoalan lama perbatasan, tetapi juga diperparah oleh tekanan politik dalam negeri yang dihadapi pemerintahan kedua negara.

Pengamat menilai situasi domestik Thailand yang tidak stabil, struktur komando militer yang rapuh, serta kondisi ekonomi Kamboja yang tengah tertekan berpotensi mendorong eskalasi ketegangan lebih lanjut. Kombinasi faktor tersebut membuat risiko konflik terbuka semakin besar.

Bentrokan terbaru pecah di tengah pemerintahan Perdana Menteri Thailand Anutin Charnvirakul yang baru berusia sekitar tiga bulan. Pemerintahannya tengah menghadapi kritik tajam menjelang pemilihan umum tahun depan, termasuk terkait penanganan banjir di wilayah Thailand selatan.

Dalam insiden bentrokan pada Sabtu (7/12/2025), sedikitnya enam warga sipil Kamboja dan satu prajurit Thailand dilaporkan tewas. Kedua negara saling menuding sebagai pihak yang memicu kekerasan, termasuk tuduhan penggunaan jet tempur oleh militer Thailand serta baku tembak di sejumlah titik perbatasan.

Akibat eskalasi tersebut, ribuan warga sipil dari kedua negara terpaksa dievakuasi ke wilayah yang lebih aman. Sebelumnya, bentrokan serupa pada Juli lalu dilaporkan menewaskan puluhan orang, menghentikan aktivitas perdagangan lintas batas, serta memicu eksodus hampir satu juta pekerja migran dari Thailand.

Situasi keamanan yang memburuk juga berdampak pada stabilitas politik Thailand. Perdana Menteri Anutin membubarkan parlemen pada Jumat (12/12/2025) setelah ketegangan antara pemerintah dan oposisi semakin meningkat. Pembubaran parlemen dilakukan usai oposisi berencana mengajukan mosi tidak percaya terhadap kepemimpinan Anutin.

Setelah mendapat persetujuan Raja Thailand, pemilihan umum dijadwalkan berlangsung paling cepat pada Februari mendatang. Langkah tersebut dinilai sebagai upaya pemerintah meredam tekanan politik yang kian membesar.

Di tengah memanasnya situasi tersebut, Komite Olimpiade Nasional Kamboja memutuskan menarik seluruh kontingen olahraga negaranya dari ajang SEA Games ke-33. Keputusan itu diambil sebagai langkah antisipasi terhadap kondisi keamanan yang tidak menentu.

Konflik perbatasan Thailand dan Kamboja sendiri telah berlangsung lebih dari satu abad tanpa penyelesaian tuntas. Namun, para pengamat menilai kondisi saat ini berbeda karena tekanan politik dalam negeri membuat kedua pemerintah lebih rentan bereaksi keras.

Pakar hubungan internasional Universitas Chulalongkorn, Thitinan Pongsudhirak, menilai tekanan domestik terasa kuat di kedua negara, sehingga insiden kecil atau kesalahpahaman di lapangan berpotensi berkembang menjadi konflik militer berskala lebih besar. (putri).