Membuka Pintu “Dracin” yang Mendunia
Di balik sorotan layar ponsel setiap hari, satu format hiburan tampak melesat: drama mikro asal China — atau yang dalam jagat daring Indonesia dikenal sebagai “dracin”. Tidak sembarang tontonan, format ini berkembang menjadi fenomena global dan telah menggeser batasan industri hiburan tradisional. Nilai bisnisnya pun mencapai angka besar, menandakan era baru konsumsi konten digital.
Apa yang Dimaksud dengan “Dracin”?
Definisi dan karakteristik
“Dracin” merujuk pada serial pendek asal Tiongkok yang dirancang untuk konsumsi cepat melalui platform media sosial. Durasi tiap episode bisa sangat singkat — kadang hanya beberapa menit — dan mengusung alur narasi yang padat, emosi tinggi, dan seringkali cliffhanger untuk memancing lanjutannya. Format ini berbeda dengan serial drama konvensional yang lazim tayang di televisi atau layanan streaming.
Kenapa begitu laku?
Ada sejumlah faktor yang mendorong popularitasnya:
Akses melalui smartphone sangat mudah, cocok dengan gaya konsumsi konten yang cepat di era digital.
Cerita yang ringkas namun padat konflik mudah “dicerna” dalam waktu singkat, sesuai dengan waktu senggang pengguna.
Format yang fleksibel untuk distribusi lewat platform media sosial dan aplikasi video pendek, sehingga jangkauannya meluas ke lintas wilayah.
Nilai Bisnis “Dracin” yang Menjulang
Menurut laporan dari Media Partners Asia (MPA), industri mikrodrama China telah mengalami lonjakan pendapatan signifikan:
Pada 2021, pendapatan berada di kisaran US$ 0,5 miliar (sekitar Rp 8,3 triliun).
Tahun 2024, melonjak ke angka sekitar US$ 7 miliar (± Rp 116 triliun).
Untuk 2025, proyeksi menunjukkan pendapatan mencapai US$ 9,4 miliar, atau sekitar Rp 156 triliun.
Ke depan, hingga tahun 2030, MPA memperkirakan pendapatan bisa mencapai US$ 16,2 miliar (~ Rp 269 triliun) dengan tingkat pertumbuhan tahunan (CAGR) sekitar 11,5%.
Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa dracin bukan sekedar tren ringan, melainkan industri hiburan dengan skala ekonomi yang sangat besar.
Pengaruh Dracin di Indonesia dan Global
Walau asalnya dari China, format ini telah menjangkau pasar internasional — termasuk Indonesia. Sebuah survei menunjukkan bahwa generasi muda Indonesia (Gen Z) sering menemukan dracin melalui beranda aplikasi media sosial. Beberapa poin penting:
Di Indonesia, konten durasi pendek lebih mudah diakses dan seringkali ditonton sambil melakukan aktivitas lain; momen idle menjadi peluang bagi format ini.
Secara global, dracin telah membantu memperluas jangkauan konten Tiongkok ke luar negeri, sehingga mengubah peta ekspor hiburan digital.
Faktor-Kunci Keberhasilan dan Strategi Bisnis
Model monetisasi
Laporan MPA mengungkap bahwa model bisnis dracin lebih terdiversifikasi dibanding drama tradisional:
Pendapatan berasal dari iklan, langganan (subscription), dan perdagangan (commerce) terkait konten.
Dalam konteks China, platform besar seperti ByteDance, Tencent, dan Kuaishou telah membentuk ekosistem yang menyatu dengan sistem pembayaran, sosial, dan hiburan digital — memberi keunggulan distribusi dan monetisasi.
Pengembangan konten cepat dan skala besar
Karena durasi pendek dan biaya produksi relatif rendah, dracin memungkinkan produksi cepat dan jumlah tayangan besar — yang kemudian memperkuat brand, viralitas, dan potensi ekspansi menjadi IP (intellectual property) yang lebih besar.
Adaptasi ke pasar lokal
Di Indonesia dan berbagai negara lain, dracin memberi alternatif tontonan yang berbeda dengan serial panjang tradisional. Konsumen yang sibuk namun tetap ingin hiburan mudah dijangkau menjadi target utama. Format ini juga cocok untuk media sosial yang algoritmanya mendorong konten cepat dan “scroll-friendly”.
Tantangan dan Catatan Penting
Meski potensi besar, ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan:
Konsumsi yang cepat bisa membuat kedalaman cerita berkurang, berisiko membuat penonton pindah ke konten lain jika kualitas menurun.
Ketergantungan pada algoritma media sosial dan platform video pendek membuat penyebaran konten sangat kompetitif.
Regulasi konten, hak cipta, dan distribusi lintas negara bisa menjadi hambatan ekspansi global.
Kecenderungan konsumsi pasif melalui smartphone bisa berdampak pada perilaku menonton yang sekadar mengisi waktu — sebuah aspek yang dikaji oleh psikolog terkait efek menonton dracin.
Implikasi ke Industri Hiburan dan Media Sosial
Pertumbuhan dracin memberikan gambaran bahwa industri hiburan digital semakin terfragmentasi — dari hiburan televisi panjang ke format yang cocok dengan gaya hidup mobile dan sosial. Beberapa implikasi penting:
Produser dan platform harus menyesuaikan strategi konten dengan durasi singkat, distribusi sosial, dan interaksi penonton yang cepat.
Platform media sosial semakin menjadi lapangan utama hiburan, bukan hanya sebagai pendukung atau tempat sekunder.
Merek (brand) dan pengiklan melihat peluang besar dalam format ini karena penonton sangat responsif dan data konsumsi dapat diukur secara real-time.
Bagi konsumen, format ini membuka pilihan hiburan baru yang fleksibel namun juga menuntut kecermatan dalam memilih agar kualitas tetap terjaga.
Fenomena “dracin” atau drama mikro asal China saat ini bukan sekadar tren media sosial belaka. Dengan nilai bisnis yang telah menembus puluhan hingga ratusan triliun rupiah, format ini menunjukkan betapa cepatnya perubahan industri hiburan di era digital — dari durasi panjang ke konten ringkas yang mudah disebar dan dikonsumsi.
Bagi pelaku industri, ini menjadi panggilan bagi inovasi konten dan distribusi. Bagi konsumen, ini menawarkan format baru tetapi juga mengingatkan bahwa dalam kecepatan konsumsi, kualitas dan makna tetap harus dijaga. Dan bagi pasar Indonesia, dracin membuka pintu untuk mengeksplorasi perubahan gaya menonton — sekaligus menantang agar konten lokal dapat bersaing dan menciptakan format yang relevan di era singkat ini. (selsy)
















