Hasil Survey Dan Kajian Awal TACB Banyuwangi, Struktur Bata Merah di Desa Balak Diperkirakan Dari Masa Kerajaan Blambangan
Banyuwangi, mediakampung.com – Hasil survey permukaan dan kajian awal dari TACB (Tim Ahli Cagar Budaya) Kabupaten Banyuwangi terhadap struktur bata merah jumbo sepanjang 10,60 meter yang diketemukan baru-baru ini di Desa Balak Kecamatan Songgon Kabupaten Banyuwangi, mendapat kesimpulan awal, jika obyek diduga cagar budaya tersebut dari masa kerajaan Blambangan.
TACB Banyuwangi, yang beranggotakan 5 orang, yakni Titin Fatimah (Ketua), Miskawi M.Pd., (sekretaris), Bonavita Budi Wijayanto, SH., (anggota), H. Ilham Triadi, M.Pd., (anggota) dan Winarso Yusuf (anggota) yang diangkat oleh bupati tersebut meyakini bahwa bata merah jumbo yang diketemukan di Desa Balak sama dengan yang kebanyakan diketemukan di Desa Macan Putih dan Desa Gombolirang. Kedua Desa tersebut adalah wilayah dari Kerajaan Blambangan dengan raja Tawangalun.
“Tumpukan struktur bata merah jumbo sepanjang 10,60 meter itu identik dan ciri khas dari bata yang dipakai pada era kerajaan Blambangan era Macan Putih yang, ditemukan pada kedalaman 2,5 meter. Karena di lokasi juga ada pecahan keramik dan gerabah dari Dinasti Ming Wanli yang berasal dari masa 1573-1620 Masehi, namun untuk memastikan harus dilakukan penelitian lebih lanjut melalui ekskavasi,” ungkap H.Ilham Triadi MPd., selaku anggota TACB Banyuwangi pada mediakampung.com, Selasa (2/5/2023).
Tumpukan material bata merah diduga obyek cagar budaya yang memiliki potensi bersejarah itu, ternyata memiliki ukuran beragam. Ada yang berukuran panjang 38,5 cm lebar 22 cm dan tebal 9 cm. Ada juga yang mempunyai panjang 36 cm, lebar 20 cm dan tebal 8,6 cm.
“Saat ini telah dilakukan pemetaan zonasi. Zona inti kurang lebih 0,74 hektar dan zona penyangga seluas 0,35 hektar dengan ukuran luasan berdasarkan struktur bata merah yang masih insitu, dari arah timur ke barat 116 meter dan dari selatan ke utara memiliki luas 32 meter,” terang Ilham Triadi.
Saat diidentifikasi, struktur bata kuno sudah dalam kondisi tidak utuh atau rusak, terbukti ratusan bata merah kuno itu berserakan di sekitar lokasi akibat alat berat saat mengeruk pasir. Namun masih ada struktur bagian yang tampak utuh di sisi timur tepi tambang pasir galian C sepanjang 10,60 meter.
“Diduga sementara, struktur bata merah itu adalah pelataran dari bangunan utama. Sedangkan bangunan utama yang mana masih tanda tanya besar. Di selatan atau ditimur yang belum tergali timur atau bisa saja di dalamnya lebih rendah lagi,” ujar Ilham Triadi.
Sedangkan Hipotesis, patut diduga temuan bata kuno tersebut adalah pondasi dari Palisade atau Benteng Kayu era Perang Bayu (1771 M). Atau bahkan bisa jadi era Perang Tawangalun-Wilabrata (1659 Masehi). (dikutip dari pernyataan Abdillah Baraas selaku Tim Ijen Geopark).
Masih menurut Ilham Triadi, TACB Banyuwangi bertugas melakukan observasi, survey permukaan, membuat dan telah mengirim kajian.
“Kajian sudah kita kirim ke Disbudpar Banyuwangi. Biasanya tim akan datang melakukan survey dan observasi dari balai pelestarian cagar budaya Trowulan Jawa timur atau dari jogjakarta,” jelasmya.



Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.