PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA) atau Superbank menggelar penawaran umum perdana saham (IPO) dengan melepas 4,4 miliar saham atau setara 13 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Masa penawaran umum berlangsung pada 10–15 Desember 2025.

Proses penjatahan saham IPO SUPA telah dilakukan pada Senin (15/12/2025). Distribusi saham dijadwalkan berlangsung Selasa (16/12/2025), sementara pencatatan perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan dilakukan pada Rabu (17/12/2025).

Penjatahan saham Superbank ramai diperbincangkan investor ritel di media sosial. Sejumlah pengguna aplikasi Stockbit Sekuritas mengeluhkan porsi penjatahan yang relatif kecil. “Padahal cuma pesan 50 lot, tapi dapatnya 3 lot saja,” tulis salah satu pengguna. Pengguna lain menyebut pemesanan 4 lot hanya memperoleh 3 lot.

Akun Instagram Herosaham juga mengunggah informasi terkait distribusi saham IPO SUPA. Disebutkan bahwa pemesanan di bawah Rp100 juta rata-rata hanya mendapatkan sekitar 3–4 lot. Sementara pemesanan di atas Rp100 juta memperoleh penjatahan sekitar 0,8–1,8 persen.

Sebelumnya, akun Instagram Stockwise.id mengungkap antrean pemesanan IPO Superbank menembus lebih dari satu juta Single Investor Identification (SID). Tingginya minat investor membuat tingkat oversubscription meningkat signifikan.

Dalam prospektus perusahaan, harga penawaran saham Superbank ditetapkan sebesar Rp635 per saham setelah proses bookbuilding pada 25 November–1 Desember 2025. Dari IPO ini, perseroan menargetkan perolehan dana segar sekitar Rp2,79 triliun.

Pada harga tersebut, valuasi Price to Book Value (PBV) Superbank berada di kisaran 2,64 kali. Angka ini lebih rendah dibandingkan sejumlah bank digital lain yang telah tercatat di BEI, seperti Bank Jago (ARTO), Allo Bank Indonesia (BBHI), dan Bank Aladin Syariah (BANK).

CEO Sucor Sekuritas, Bernadus Wijaya, menilai valuasi Superbank menjadi salah satu daya tarik utama bagi investor. “Pada PBV 2,64 kali, Superbank termasuk salah satu bank digital dengan valuasi paling kompetitif. Ini berada jauh di bawah ARTO, BBHI, maupun Aladin,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (9/12/2025).

Bernadus menyebut valuasi yang relatif konservatif justru membuka peluang rerating apabila perseroan mampu mengeksekusi strategi pertumbuhan secara konsisten. Menurutnya, bank digital umumnya diperdagangkan pada valuasi premium seiring ekspektasi pertumbuhan yang tinggi.

Superbank mengalokasikan sekitar 70 persen dana IPO untuk memperkuat modal kerja penyaluran kredit, khususnya ke segmen ritel dan UMKM. Sementara 30 persen sisanya dialokasikan untuk belanja modal hingga lima tahun ke depan, termasuk pengembangan produk, sistem pembayaran digital, infrastruktur teknologi informasi, artificial intelligence, data analytics, dan penguatan keamanan siber.

Dukungan ekosistem Grab dan Emtek Group dinilai menjadi katalis penting dalam strategi ekspansi Superbank. Pasar kini menantikan realisasi penggunaan dana IPO dan kinerja operasional perseroan setelah resmi tercatat di BEI.