FKUB Banyuwangi Gelar Acara Sarasehan Penguatan Kampung Moderasi Beragama Demi Keutuhan Bangsa
Banyuwangi, mediakampung.com – Dalam rangka menjaga keutuhan bangsa, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Banyuwangi menggelar acara Sarasehan Penguatan Kampung Moderasi Beragama, bertempat di pendopo Desa Yosomulyo kecamatan Gambiran. Acara yang dihadiri oleh perwakilan tokoh-tokoh lintas agama di Kecamatan Gambiran tersebut, dibuka secara resmi oleh Moh Jali, selaku Kasubag TU mewakili Kakankemenag Banyuwangi.
Dalam sambutannya, Moh Jali menyampaikan bahwa Moderasi Beragama adalah program prioritas untuk menjaga keutuhan bangsa. Moderasi beragama terdiri dari 4 aspek, yakni
kerukunan, toleran, kedamaian,menghargai dan menghormati budaya.
Tahun ini di setiap kecamatan dirintis kampung moderasi beragama, dan akan ada 3 kampung moderasi beragama percontohan se Banyuwangi.
Sedangkan sambutan dari ketua FKUB Banyuwangi, Kyai M Yamin Lc., bahwa penguatan kampung moderasi beragama perlu dilakukan untuk menyiapkan warga yang moderat. Untuk menguatkan pemahaman tentang makna moderasi beragama, tokoh-tokoh lintas agama sebagai pemuka agama yang ada di tengah-tengah masyarakat nantinya bisa menularkan pemahaman tersebut ke masyarakat secara luas, khususnya Desa Yosomulyo sebagai Kampung Moderasi Beragama.
Di dalam acara sarasehan ini hadir perwakilan tokoh lintas agama sebagai narasumber, ada Nur Khozin (Tokoh Islam), Gufron Mustofa (KUA Gambiran, Anang (Kristen), Wayan (Hindu), Eka (Budha) dan Yos (Katolik).
- “Ada 4 Indikator Moderasi Beragama, yakni Komitmen Kebangsaan,
- Toleransi,
- Anti Kekerasan,
- Menerima Tradisi Lokal,” terang Gufron dalam sambutannya.
Sementara itu, Anang menerangkan bahwa di dalam agama Kristen, moderasi telah diajarkan di dalam kitab Injil Matius. Hal ini didasarkan pada pasal 5 ayat 13.
“Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang”.
“Ajaran agama Hindu yang berkaitan dengan Moderasi Beragama, meliputi :
- Dharma Agama Kata Ahimsa berasal dari Bahasa Sansekerta dari urat kata “A” yang artinya tidak, dan “himsa” yang berarti membunuh atau menyakiti. Maka kata Ahimsa berarti tidak membunuh atau menyakiti makhluk hidup yang lainnya.
- Dharma Negara, Guru Wisesa yaitu, Pemerintah. Cara kita untuk menghormati guru wisesa adalah dengan selalu mematuhi anjuran Pemerintah,” jelas Wayan.
Moderasi Beragama dalam Agama Budha tercantum dalam Kitab Tripitaka. Prasasti Asoka yang berbunyi : Barangsiapa keyakinannya dihargai orang lain, maka ia harus menghargai agama/keyakinan orang lain.
Metta. Mettā (Sanskerta: Maitrī) adalah cinta kasih, sifat yang dapat menghaluskan hati seseorang, atau rasa persahabatan sejati. Mettā merupakan salah satu sifat dari Empat Keadaan Batin Luhur (Brahmavihārā). Mettā dirumuskan sebagai keinginan akan kebahagiaan semua makhluk tanpa terkecuali.
Karuna adalah perasaan belas kasihan akan penderitaan mahluk lain/sesama dan ikut mau menolong untuk meringankan beban dan penderitaan.
Mudita artinya gembira, merasa ikut berbahagia atas kebahagiaan orang lain/sesama.
Upekkhā (Sanskerta: upekṣā) atau ekuanimitas merupakan keseimbangan batin, pertimbangan yang lurus, pandangan yang adil, tidak berat sebelah atau non diskriminasi. (Keterangan Eka)
“Di dalam Katolik pun sudah mempraktekkan kegiatan yang mencerminkan sikap moderat. Seperti menerapkan Moderasi Beragama, melaluai ajaran kasih dengan bakti sosial bersama umat agama lain, seperti berbagi beras, berbaur dalam kegiatan 17-san dan lain-lain,” tutur Yos.
Di akhir penyampaian narasumber Nur Khozin memberikan statement, bahwa perbedaan itu keniscayaan yang tidak perlu ditonjolkan, kesamaan harus menjadi kehidupan kita.



